Peristiwa
Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW, merupakan perjalanan dari Masjidil Harom ke
Masjidil Aqsha, serta ke Sidratul Munthaha. Dimana dalam perjalanan itu, Nabi
Muhammad SAW menerima perintah untuk umatnya, yaitu Shalat lima waktu.
Terlepas
dari menerima perintah Sholat bagi kaum Islam, peristiwa perjalanan Nabi SAW
sering kali dipermasalahkan. “Termasuk juga di jaman Rasul, banyak umatnya yang
tidak bisa menerima. Karena disitulah Allah SWT menguji keimanan hamba-Nya,
bisa mempercayainya atau tidak,” jelas Habib Abdul Mutholib Al Idrus saat
tausiyah di Tabligh Akbar, Jakarta, (31/05-2014).
Dia
menjelaskan lebih jauh lagi, bahwa perjalanan yang dialami oleh Baginda
Rasulullah SAW, bukan hanya pengujian atas keimanan umat Nabi Muhammad SAW
saja. “Melainkan hal tersebut untuk menunjukkan betapa besarnya Kuasa Allah
SWT, apabila Dia sudah berkehendak,” tandasnya.
Pembuktian
atas Kuasa Allah SWT, dalam tausiyahnya, Habib Abdul Mutholib Al Idrus
menerangkan. “Kita punya mata, di dalam mata atas yang berwarna hitam. Kalau
secara akal pikiran, bentuknya sangat kecil. Tapi kenapa gedung-gedung yang
besar, jumlah orang yang banyak. Bisa dimasukkan kedalam mata tersebut, kalau
bukan karena kekuasaan Allah SWT,” paparnya.
Jadi
peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, menurutnya bukan hanya sebatas
menerima perintah sholat yang lima waktu. “Akan tetapi, sebagai pembuktian
bahwa Allah SWT Maha Kuasa. Jika Dia sudah berkehendak, memperjalankan umatnya.
Maka tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa terjadi dengan mudah bagi-Nya,”
katanya. (Machfudh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar