Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang
anggota Harakah Ansar Iran (Kelompok Mujahidin Ahlus Sunnah wal Jamaah di Iran)
melalui situs resminya, tentang seorang mujahid dan istrinya yang penyabar.
Berikut kisahnya:
Saya akan menceritakan kepada kalian sebuah
kisah yang indah tentang seorang mujahid muda ketika ia baru pertama kali
bergabung di jajaran Mujahidin, beberapa tahun lalu. Tahukah kalian, ia adalah
seorang mujahid yang cintanya terhadap Allah dan Jihad sangat besar.
Ia berangkat untuk menunaikan kewajibannya
pada saat Subuh setelah hari pernikahannya. Tetapi yang sangat luar biasa
adalah apa yang istrinya katakan ketika ia hendak pergi. Sang istri mengatakan,
“Aku akan senantiasa bersujud kepada Allah hingga engkau kembali atau jasadmu
kembali.” Dengan dorongan semangat ini, ia meninggalkan kesenangan duniawi,
demi sebuah hidup penuh kesulitan dan pengorbanan.
Pada suatu malam, pada saat perjalanannya
dari satu kamp ke kamp yang lain, ia merelakan dirinya sendiri untuk mencari
bantuan makanan di dekat desa terdekat untuk para sahabat mujahidin.
Mengetuk pintu dari rumah ke rumah, ia disambut dengan sambutan yang sangat
tidak ramah, setiap rumah hanya mengatakan kepadanya bahwa para Mujahidin itu
tidak diterima di sini.
Pada saat ia tiba di rumah ke-10, ia
mengangkat tangannya berdoa kepada Allah dan mengatakan “Ya Allah! Engkau
adalah saksiku bahwa Aku hanya ingin mencari sisa makanan untuk
saudara-saudaraku, sehingga kami bisa menunaikan kewajiban kami lebih baik lagi
demi Engkau. Dan Engkau adalah Maha Pemberi, Maha Pemurah!”
Terkejutlah ia, rumah terakhir ini sangat
menyambutnya dengan hangat. Sang pemilik menawarkan semua rotinya dan
mengatakan, “Bagaimana mungkin keluargaku bisa tidur, sementara para tentara
Allah kelaparan?” Dan kemudian dengan semua kantong penuh makanan, ia kembali
dengan sangat gembira ke kamp yang jauhnya beberapa kilometer.
Namun, di belakangnya ia mendengar suara
tangisan dan teriakan yang datang dari salah satu rumah di pinggiran desa itu.
Segera ia meletakkan makannya di pinggir jalan dan masuk ke rumah itu untuk
memeriksanya – tidak ada persiapan untuk apa yang akan dihadapi.
Di sana ia melihat 5 hingga 6 laki-laki
memperkosa salah satu gadis desa itu.
“Hey!” ia berteriak tanpa ragu-ragu,
mengagetkan geng pemerkosa itu. “Jika kalian tidak berhenti sekarang dan pergi,
Aku akan membunuh kalian semua!” lanjutnya dengan pandangan tajam (yakin).
Tetapi sebelum ia bisa mengambil pistol yang ada di pinggangnya, salah satu
dari para pemerkosa itu berada di ruangan lain, mengeluarkan pisau dan
menikamnya di punggung dan kakinya – membuatnya tersungkur ke lantai.
Beruntungnya, meski dalam keadaan kalut, ia
mampu mengeluarkan pistolnya dan menembaki semua pemerkosa itu (dengan rahmat
Allah).
Dengan mengabaikan rasa sakitnya dan nyaris
tak bisa berjalan, ia mengenakan pakaian gadis muda itu, mengambil makanannya,
dan membawanya kembali ke desa dengan selamat. Dan sebelum ada orang tahu siapa
yang telah menyelamatkan gadis muda itu, ia kembali ke kampnya.
Ketika ia kembali, dengan bajunya yang
bersimbah darah, ia segera disambut oleh para Mujahidin dan menceritakan kepada
mereka tentang peristiwa yang telah terjadi. Para Mujahidin terkejut dan
terkagum padanya, bahwa mujahid muda yang belum berpengalaman ini mampu
menangani geng pemerkosa itu sendirian.
Yang membuat bertambah kekaguman mereka
adalah, pada saat itu mereka juga mengetahui bahwa ia baru saja menikah dan
datang ke tanah Jihad ini sehari setelah pernikahannya. Komandan menghiburnya
karena luka-luka yang ia derita, mendoakannya, dan mengirimnya kembali ke
rumahnya untuk meluangkan waktu bersama istrinya hingga ia sembuh dari lukanya.
Setelah tidak melihat istrinya selama
beberapa minggu setelah pernikahannya, ia mengatakan kepada sahabatnya. “Ketika
Aku kembali ke rumah, ke istri saya, seakan Allah telah menempatkan cinta satu
sama lain di hati kami. Kami tahu bahwa kami menikah untuk mencari ridho Allah,
dan kami akan membantu satu sama lain untuk membangun istana kami di
Jannah, bersama.”
Kemudian, ia telah sembuh, Alhamdulillah,
dan telah kembali untuk berjihad bersama istrinya yang penyabar yang
mendukungnya dari rumah.
Semoga
Allah memberikan kita Mujahidin seperti ikhwan ini, dan para istri seperti
akhwat ini, Aamiin. (Machfudh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar