Oleh : Machfudh
Ketika kita mau membaca dan menelaah Al Qur’an,
maka akan terlihat banyak sekali surah dan ayat mengenai bagaimana hubugan
Allah SWT dengan hamba-Nya. Hablumminallah,
ya hubungan kita sebagai hamba kepada pencipta-Nya.
Habluminallah,
Habluminannas, dan Habluminal'alam. Ketiga hubungan itu yang melekat pada diri kita sebagai umat Islam.
Namun, saya hanya akan difokuskan pada Habluminallah
saja, karena akan lebih baik memahami satu persatu ketimbang sekaligus.
Hubungan baik antara manusia dengan Allah SWT,
itu yang sering dikenal sebagai Habluminallah.
Seperti apakah hubungan itu seharusnya? Hubungan tersebut akan terbina dengan
baik, apabila kita benar-benar mencintai-Nya.
Mencintai itu sudah pasti akan mengharapkan
timbal balik dari yang dicintai, sedangkan menyayangi tidak mengharapkan apa
pun dari yang disayangi. Seperti halnya Allah SWT selalu menyayangi semua
hamba-Nya, tersirat dalam ayat yang sering dibaca.
“Dengan menyebut nama Allah
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
“Ar rakhman artinya Maha Pengasih,
dan Ar rakhim artinhya Maha Penyayang.” Allah SWT tidak akan mengharapkan
dan membutuhkan apa pun dari hamba-hamba-Nya. Dia tidak akan rugi apa pun
apabila hamba-Nya tidak patuh atau tunduk pada-Nya, tapi sebaliknya kita akan
mengalami banyak kerugian.
Berbeda dengan kita sebagai hamba-Nya. Ketika kita menyatakan cinta kepada
Allah SWT, sudah pasti banyak yang kita harapkan dari-Nya. Bahkan mungkin kita
tidak akan sanggup menggambarkan apa saja yang kita harap dari-Nya, hanya diri
kita masing-masing yang mengetahuinya.
Lalu bagaiman kita mencintai Allah SWT? Mencintai Allah itu bisa kita
lakukan dengan mentaati perintah yang ditetapkan oleh Allah, dan menjauhi semua
larangan yang dilarang oleh-Nya, hal tersebut lebih familiar disebut denga Taqwa.
Dalam Al Qur’an Surah Ali Imron, Ayat 31 - 32, Allah SWT Berfirman;
“Katakanlah: ‘Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
“Katakanlah: ‘Ta'atilah Allah dan
Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir’.”
Selain itu, kalau benar-benar kita mencintai Allah SWT, maka kita akan
selalu ingat kepada-Nya. Baik dalam suka maupun duka, bahkan dalam hembusan
nafas kita akan terlontar namanya. Seperti ketika kita menyukai seseorang, akan
selalu terbayang-bayang wajah dan namanya.
Saya coba menyampaikan sebuah ilustrasi, ketika seorang anak balita
berjalan dan melihat sesuatu yang menakutkan baginya, maka dia akan lari dan
memeluk erat ibu atau ayahnya. Sebab, yang ada dalam pikiran si balita hanya
kedua orang tunya yang bisa menolong, si balita akan merasa nyaman dan aman dari
apa pun ketika berada di dalam pelukan orang tuanya. Begitu pula, saat si
balita dalam keadaan senang, yang ada dalam ingatannya hanya kedua orang tuanya
saja.
Bagaimana dengan kita? Apakah saat dilanda kesusahan dan penderitaan saja,
kita baru mengingat Allah SWT? Bagaimana kalau kita sedang mengalami kesenangan?
Apakah kita ingat pada-Nya. Semua jawaban hanya ada pada diri kita
masing-masing, sejauh mana pernyataan cinta kita kepada Allah SWT dengan
kenyataan dalam kesehariannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar