Indonesia
merupakan Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun sampai saat
ini belum tersosialisasikannya nilai-nilai Islam di masyarakat. Masih jelasnya
perbedaan di tengah umat kita dalam memilah-milah perbuatan itu ibadah atau
tidak. Adakalahnya kita mendalami suatu ilmu pengetahuan, sayangnya tidak
diimbangi dengan mendalami ilmu agama.
Itulah
permasalahan yang segera dibenahi, bila tidak maka umat Islam akan terus
mengalami kemunduran. Permasalahan yang tidak utuh, masih sering kita
besar-besarkan. Bahkan masih banyak yang gemar memperbincangkan masalah yang
furu’I, masalah yang kecil-kecil, ini mahzab saya dan ini tidak, ini Islam
tradisional dan itu Islam moderat.
Akan
tetapi ada hal yang lebih penting dari semua itu, bagaimana kita menyelami
nilai-nilai Islam dalam semua sisi kehidupan? Itu perlu penggalian
konsep-konsep keislaman yang lebih banyak lagi. bagaimana ekonomi Islam,
manajemen Islam, politik Islam, pendidikan Islam dan sebagainya. Semua itu bisa
terealisasi jika kita mau memperluas wawasan kita, menuntut ilmu dengan lebih
tekun lagi.
Belajar,
belajar, dan belajar… inilah saatnya zaman kebangkitan Islam. Insya Allah.
Mengenal Islam, Harus Mengenal Jahilliah Dahulu
Sebuah
ungkapan yang mungkin tidak asing ditelinga. Seseorang tak akan mengenal Islam,
jika ia tidak mengenal Jahilliah. Tapi sayangnya, kita sering menggagap sepele
istilah Jahilliah, padahal kita belum memahami secara mendalam arti dari
jahilliah itu sendiri.
Banyak
orang yang beranggapan, bahwa jahilliah hanya datang sebelum Islam di Jazirah
Arab. Sehingga ditentukan dengan sebuah kondisi masyarakat yang pernah ada
sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul.
Inilah
yang menyebabkan banyak orang keberatan jika kondisi sekarang disebut Jahilliah
Modern. Padahal jika diamati kondisi sekarang, tak ubahnya seperti kondisi yang
terjadi di masa jahilliah di zaman sebelum Rasulullah diturunkan atau diutus.
Zaman
ketika Islam belum diturunkan (di Jazirah Arab), kita bisa melihat realitas
kehidupan yang pekat dengan warna jahilliah. Kejahilliahan yang terjadi pada
masa pra Islam, merupakan kejahilliahan yang disebabkan oleh kebodohan, yaitu
belum mengenal hakikat Tuhan.
Mereka
mencari Tuhan dengan mewujudkan Tuhan dalam bentuk berhala atau apa saja, dan
masa itu juga tidak ada tata sosial sehingga kerusakan timbul dimana-mana.
Pembunuhan, perzinahan, dan mabuk-mabukkan bukanlah hal aneh di zaman itu.
Fanatisme
tokoh dankabilah (suku/ras) yang akhirnya berakhir pada peperangan menjadi
kemestian. Kerusakan moral yang terjadi saat itu terjadi secara vulgar tanpa
kemasan apa pun.
Berbeda
degan zaman sekarang. Manusia saat ini bangga dengan peradaban dan beradab.
Kebobrokan moral dan kebodohan terbungkus oleh kemasan kebohongan yang indah.
Sekarang kita lihat kecanggihan tekhnologi semakin menjauhkan pada hakikat
penciptaan dari Allah SWT.
Atas
nama seni, para wanita bertelanjang ria. Atas nama ketertiban masyarakat,
pelacuran ditertibkan lewat pembangunan lokalisasi. Lebih gila lagi, demi
pemasukan Negara (pajak), minuman keras menjadi legal dan halal bagi mereka
yang berkantung tebal dan lemah iman.
Peperangan
sengaja diletuskan, agar persenjataan laku. Nasionalitas yang sempit menjadikan
Negara satu dengan yang lain saling berperang. Begitulah fenomena kejahilliahan
yang terjadi pada masa pra-Islam, ternyata terjadi juga di masa sekarang,
dimana-mana terjadi seperti yang terjadi pada masa jahilliah.
Kejayaan Islam
Sejak
Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rasul, beliau menanamkan, menata dan
memperbaiki umat saat itu dengan ajaran Islam. Sehingga kerusakan aqidah dan
moral umat berubah pada kemulian. Dakwah Rasul tersebut diteruskan oleh para
sahabat (Khulafaurasyidin).
Diawali
masa Khalifah Umar bin Khattab, Islam telah berkembang sampai ke Persia, Syam,
dan Maroko. Masyarakat muslim saat itu, benar-benar merasakan keadilan ajaran
Islam. Bahkan Islam semakin berkembang dibawah naungan Bani Umayyah dan Bani
Abasiah yang kemudian diteruskan oleh Khilafah Turki Utsmani.
Pencapaian
puncak kejayaan Islam di bawah naungan Bani Umayyah dan Bani Abasiah itu,
wilayah Islam terbentang dari Arab, Persia, Romawi, Eropa, dan daratan Asia
dibawah naungan Islam selama empat abad.
Islam
saat itu benar-benar tergambar di seluruh aspek kehidupan. Hukum Islam tegak,
kehidupan masyarakat tertata rapi, bangunan masjid berdiri megah, pusat-pusat
kesehatan bertebaran di mana-mana, pusat-pusat keilmuan berdiri disetiap sudut
kota. Hajad hidup rakyat berupa pendidikan dan kesehatan diperoleh secara
gratis, biaya ditanggung oleh Khalifah Islam saat itu.
Diwaktu
yang sama, Eropa sedang tertidur lelap oleh doktrin-doktrin gereja. Apalagi
saat itu muncul fatwa gereja (700 M) yang meramalkan akan terjadi kiamat pada
tahun 1000 M. Akibatnya fatal, Eropa menjadi benua yang mati. Perkembangan
peradaban Islam masa itu mulai masuk ke Eropa, sehingga membuka mata masyarakat
Eropa.
Masa
bangkitnya orang Eropa saat itu, sering disebut dengan masa Renaisance.
Kebangkitan dilandasi pada dua hal, yaitu keinginan mengembalikan kejayaan
Yunani (paganisme) dan Romawi (filsafati). Rasa dendam terhadap pemimpin gereja
yang dianggap telah membohongi, dan dendam terhadap umat Islam yang telah
menghancurkan peradaban Yunani dan Romawi.
Dengan
latar belakang diatas, akhirnya Eropa mendapat kejayaan kembali dengan
meninggalkan gereja (berketuhanan), dan memusuhi umat Islam yang telah
mengajari mereka tentang peradaban, sehingga memunculkan perang yang
berkepanjangan sampai sekarang.
Keruntuhan Islam
Uraian
tentang kejayaan Islam diatas, kita ketahui bahwa Islam tegak dan jaya hingga
mampu menebarkan Rahmat di seluruh alam semesta ini, tentunya dengan
menjalankan Al Qur’an dan Sunnah Rasul.
Sehingga
peradaban tegak di atas Aqidah yang kukuh, dihiasi indahnya akhlak umatnya.
Sudah menjadi fitrah manusia yang selalu terlena oleh nikmat dunia dengan harta
dan kekuasaan. Dibalik kejayaan Islam saat itu, ternyata umat Islam terlena
sehingga lambat laun jauh dari Al Qur’an. Mereka tenggelam oleh kemewahan harta
dan perebutan kekuasaan.
Perang
salib yang terjadi sampai tujuh kali berlangsung selama hampir satu abad,
selalu dimenangkan oleh umat Islam, karena pada saat itu umat Islam masih
berpegang teguh pada Al Qur’an, sekalipun kekuatan Nasrani dan Yahudi bersatu
untuk memadamkan cahaya Islam.
Puncak
kekalahan umat Islam, terjadinya peristiwa bersejarah pada tanggal 03 Maret
1924, Khalifah Turki Utsmani telah dihapuskan oleh umat Islam sendiri (Musthofa
Kemal Pasha). Turki, waktu itu sebagai symbol kekuatan Islam, runtuh digantikan
dengan system Barat yang dianggap lebih modern dan maju, yaitu dengan
meruntuhkan pelaksanaan ajaran Islam.
Di
Turki, saat itu sekolah Islam ditutup, simbol-simbol Islam (jilbab, bahasa
Arab, Mesjid dll) di hapus. Dengan cara itulah umat Islam akhirnya terkalahkan.
Terbukti,
saat ini umat Islam telah jauh dari ajaran Islam, sehingga mereka kehilangan
identitasnya sebagai Muslim. Islam hanyalah sekedar Symbol, Islam identik
dengan kebodohan, kemiskinan dan terpecah-belahnya negeri Islam.
Dari
fenomena yang terjadi, penyebab runtuhnya bangunan umat Islam, ternyata tidak
hanya karena serangan dari kaum kafir saja. Akan tetapi, karena semakin
lemahnya umat Islam dalam berinteraksi dengan ajaran Islam yang dianutnya.
Berikut
ini beberapa penyebab lemahnya Umat Islam, saat ini;
1.
Kondisi
Umat Islam Dewasa ini Memprihatinkan.
Sebagian umat Islam telah jauh dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga
kehilangan identitasnya sebagai seorang Muslim.
Mereka tidak lagi bangga dengan
keislamannya, namun justru merasa aneh ketika melihat saudaranya yang taat
menjalankan perintah agamanya dan memiliki komitmen terhadap keislamannya.
Yang lebih memprihatinkan lagi,
sebagian besar dari mereka (umat Islam) tidak memahami Islam itu sendiri, yang
mempunyai sifat menyeluruh, meliputi segala aspek kehidupan.
Islam hanya dipandang sebagai ritual
ibadah, identik dengan masjid, pengajian, dan sebagainya, yang semuanya identik
dengan kelemahan, kebodohan, dan kemiskinan. Akibatnya umat Islam, benar-benar
terjebak dalam kondisi kerusaakan Aqidah dan Akhlak (Moral).
Penyebab kerusakan umat Islam,
adalah;
a.
Umat Islam Zholim terhadap Al Qur’an
dan Sunnah Rasul
Sebagian besar Umat Islam, saat ini sudah tidak lagi menjadikan Al
Qur’an sebagai petunjuk hidupnya. Al Qur’an tidak lagi dibaca dan tidak lagi
dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, berbagai kerusakan
dan kemunduran terjadi dalam tubuh umat Islam, tanpa bisa dibendung lagi.
Sangat sedikit di antara umat Islam yang membaca Al Qur’an dan konsisten
membacanya. Diantara yang membacanya, sangat sedikit pula yang mengamalkannya.
Kebanyakkan umat jahil dari Al Qur’an, bahkan berpaling kepada berbagai
ideology yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
b.
Umat Islam Terkena Penyakit Wahn
Cinta dunia dan takut akan maut (kematian), hal ini dapat dilihat dari
umat yang mempunyai pola pikir materialistis, praktis, dan hedonis jauh dari
orientasi akhirat. Seperti yang termaktub dalam Al Qur’an (Q.S 9 : 38 – 41 dan
Q.S 4 : 77 – 78).
38. Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya
bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan
Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas
dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal
kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah
sedikit.
39. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang,
niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu)
dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan
kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka
Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada
temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta
kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan
orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.*)
41. Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa
ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan
Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
*) Maksudnya : orang-orang kafir telah sepakat hendak
membunuh Nabi SAW, Maka Allah s.w.t. memberitahukan maksud jahat orang-orang
kafir itu kepada Nabi SAW. karena itu Maka beliau keluar dengan ditemani oleh
Abu Bakar dari Mekah dalam perjalanannya ke Madinah beliau bersembunyi di suatu
gua di bukit Tsur.
(Al
Qur’an Surah At Taubah, Ayat 38 – 41)
77.
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka*) : "Tahanlah tanganmu (dari berperang),
dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada
mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut
kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari
itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan
berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang)
kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah:
"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun*).
78. Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan
jika mereka memperoleh kebaikan*), mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau
mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari
sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi
Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan*) sedikitpun?
*) Orang-orang yang Menampakkan dirinya beriman dan minta
izin berperang sebelum ada perintah berperang.
*) Artinya pahala turut berperang tidak akan dikurangi
sedikitpun.
*) Kemenangan dalam peperangan atau rezki.
*) Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.
(Al Qur’an Surah An Nisaa’,
Ayat 77 – 78)
c.
Tidak Ada Ukhuwah, Kecuali Sedikit
Keperdulian terhadap sesama umat Islam sangat kecil. Umat di satu negeri
hampir-hampir tidak memperdulikan keadaan saudaranya di negeri lain. Umat
terkena pula penyakit Ananiyah (egois).
Baginya, keselamatan diri dan keluarga yang terpenting, orang lain
belakangan. Padahal Rasulullah bersabda : “Tidak beriman salah seorang kamu,
hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
Akibatnya, umat Islam menjadi sangat lemah. Musuh-musuh Islam dengan
mudah menjajah dan menindas umat Islam, karena umat Islam di berbagai negeri
hampir tidak saling peduli atau menolong bila sebagian ditimpa kesulitan.
2.
Pihak
di Luar Islam (Kafir) yang Tidak Menghendaki Islam.
Yaitu adanya invasi pemikiran.
Kekalahan beruntun pasukan kaum kafir dalam perang salib memberikan pelajaran
kepada mereka untuk mencari strategi lain, yang lebih jitu untuk memerangi kaum
muslimin.
Karena itu, kaum kafir saat ini menyerang kaum
muslimin dari sisi aqidah dan akhlak. Setelah rusak aqidah dan akhlaknya,
mudahlah bagi kaum kafir untuk mengendalikan kaum muslimin. Target akhir dari
invasi pemikiran ini, adalah agar kaum muslimin memberikan loyalitasnya kepada
kaum kafir.
Untuk
mengubaj wajah umat Islam yang suram saat ini, diperlukan dakwah Islamiyah
untuk menyingkirkan penyakit dalam tubuh umat Islam. Sehingga umat Islam
menyadari tugas dan fungsinya yang seharusnya dijalankan di muka bumi ini.
Dakwah
Islamiyah dengan membina kembali umat Islam (tarbiyah islamiyah), tidak sekedar
symbol tanpa makna.
Solusi
permasalahan tersebut, harus dimulai dengan memperbaiki diri sendiri dan
beberapa hal yang harus diupayakan, adalah;
1.
Kembali
kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sebagai pedoman hidup dengan membaca,
mentadabburi, dan mengamalkannya.
2.
Membersihkan
diri dari penyakit wahn dengan menanamkan niat yang kuat untuk berjuang di
jalan Allah.
3.
Memperkuat
Ukhuwah Islamiyah dimulai dari lingkungan yang kecil.
4.
Mempelajari
konsep-konsep Islam, agar terhindar dari invasi pemikiran kaum kafir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar