Kemajuan
dan perkembangan tekhnologi, tidak dapat dibendung. Ummat Islam haruslah pandai
dalam memanfaatkan kemajuan tekhnologi itu, bukan sebaliknya terkesima dan
tertipu sehingga melalaikan apa yang menjadi kewajiban ummat muslim terhadap
sang kholiq .
Ironisnya,
tidak sedikit ummat Islam yang tenggelam dalam kegemerlapan dunia, lebih bangga
dengan apa yang diperolehnya didunia ketimbang mempersiapkan diri untuk
menghadap Ilahi. Mereka lupa kalau apa yang diperolehnya hanyalah bersifat
sementara, nantinya akan sirna dimakan waktu.
Dengan
demikian, yakinkah mereka mampu menjaga dirinya dari api neraka? Bagaimana
dengan keluarganya. Menjaga diri dari api neraka saja tidak mampu, apalagi
menjaga anak-istri yang menjadi amanah dan akan dimintai pertanggung jawaban di
akhirat kelak.
Allah SWT
telah memberi peringatan dalam surah Al Hadid, ayat 20. Dia berfirman :
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Seorang
muslim seyogyanya menjadikan kampung akhirat sebagai target utama yang harus
diraih. Tidak meletakkan dunia dan gemerlapnya di lubuk hatinya, namun hanya
berada di genggaman tangannya saja, sebagai batu loncatan untuk mencapai nikmat
Jannah yang langgeng. Jadi, jangan sampai kita hanya duduk-duduk santai saja
menanti perjalanan waktu, apalagi tertipu oleh ilusi dunia.
Allah SWT
membuat permisalan dunia sebagai keindahan yang fana dan nikmat yang akan sirna.
Yaitu tanaman yang tersiram hujan setelah kemarau panjang, sehingga tumbuhlah
tanaman-tanaman yang menakjubkan para petani, namun tidak lama kemudian
tanaman-tanaman tersebut menguning, dan akhirnya kering dan hancur.
Hal ini
mengisyaratkan bahwa dunia akan hancur dan akhirat akan menggantikannya, lalu
Allah SWT pun memperingatkan tentangnya dan menganjurkan untuk berbuat baik. Di
akhirat, hanya ada dua pilihan; tempat yang penuh dengan adzab pedih (neraka)
dan hunian yang sarat ampunan akan keridhaan Allah bagi hamba-Nya (syurga).
Ayat ini diakhiri dengan penegasan tentang hakikat dunia yang akan menipu orang
yang terkesan dan takjub padanya.
Dari
gambaran diatas, maka kita harus lebih bisa menjaga diri sendiri, serta mementingkan
pendidikan anak yang termasuk salah satu unsur keluarga, agar dia selamat dunia
dan akhirat. Anak bagi orang tua merupakan buah perkawinan yang menyenangkan.
Dibalik
itu, anak adalah amanat yang dibebankan atas orang tuanya. Tidak boleh disia-siakan
dan disepelekan. Pelaksana amanat harus menjaga dengan baik kondisi titipan
agar tidak rusak. Sebab orang tua kelak akan ditanya tentang tanggung jawabnya.
Rasulullah
SAW, bersabda; “Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang tanggungjawabnya.”
(Hadits Shahih, Riwayat Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi, dari Ibnu
Umar)
Anak
terlahir dalam keadaan fitrah. Kewajiban orang tualah untuk merawatnya agar
tidak menyimpang dari jalan yang lurus, dan selamat dari api neraka. Selain
itu, anak yang sholeh dan sholehah akan menjadi modal investasi bagi kedua
orang tuanya.
Allah
SWT, berfirman;
"Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Maka,
mulai sekarang hendaknya para orang tua sadar terhadap kewajiban mereka untuk
mendidik anak-anak mereka agar menjadi hamba Allah SWT yang taat. Memilihkan
pendidikan anak yang kondusif untuk perkembangan iman dan otaknya. Bukan
membiarkan anak-anak mereka begitu saja tanpa pengawasan terhadap bacaan yang
mereka gemari, apa saja yang suka mereka saksikan, serta aktivitas yang mereka
gandrungi. Kelalaian dalam hal ini, berarti penyia-nyiaan terhadap amanat Allah
SWT.
Ingatlah
akibat yang akan menimpa kita dan keluarga kita yang tersia-siakan pendidikan
agamanya. Nerakalah balasan yang pantas bagi orang-orang yang melalaikan
kewajibannya. Termasuk anak kita yang malang!! Karena kita tidak memperdulikan
dan mendahului pengetahuan agamanya, sehingga mereka ikut terpana oleh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar