Minggu, 29 Juni 2014

Menjaga Diri dan Keluarga dari Api Neraka

Kemajuan dan perkembangan tekhnologi, tidak dapat dibendung. Ummat Islam haruslah pandai dalam memanfaatkan kemajuan tekhnologi itu, bukan sebaliknya terkesima dan tertipu sehingga melalaikan apa yang menjadi kewajiban ummat muslim terhadap sang kholiq .

 Ironisnya, tidak sedikit ummat Islam yang tenggelam dalam kegemerlapan dunia, lebih bangga dengan apa yang diperolehnya didunia ketimbang mempersiapkan diri untuk menghadap Ilahi. Mereka lupa kalau apa yang diperolehnya hanyalah bersifat sementara, nantinya akan sirna dimakan waktu.

Dengan demikian, yakinkah mereka mampu menjaga dirinya dari api neraka? Bagaimana dengan keluarganya. Menjaga diri dari api neraka saja tidak mampu, apalagi menjaga anak-istri yang menjadi amanah dan akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.

Allah SWT telah memberi peringatan dalam surah Al Hadid, ayat 20. Dia berfirman :
 
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

Seorang muslim seyogyanya menjadikan kampung akhirat sebagai target utama yang harus diraih. Tidak meletakkan dunia dan gemerlapnya di lubuk hatinya, namun hanya berada di genggaman tangannya saja, sebagai batu loncatan untuk mencapai nikmat Jannah yang langgeng. Jadi, jangan sampai kita hanya duduk-duduk santai saja menanti perjalanan waktu, apalagi tertipu oleh ilusi dunia.

Allah SWT membuat permisalan dunia sebagai keindahan yang fana dan nikmat yang akan sirna. Yaitu tanaman yang tersiram hujan setelah kemarau panjang, sehingga tumbuhlah tanaman-tanaman yang menakjubkan para petani, namun tidak lama kemudian tanaman-tanaman tersebut menguning, dan akhirnya kering dan hancur.

Hal ini mengisyaratkan bahwa dunia akan hancur dan akhirat akan menggantikannya, lalu Allah SWT pun memperingatkan tentangnya dan menganjurkan untuk berbuat baik. Di akhirat, hanya ada dua pilihan; tempat yang penuh dengan adzab pedih (neraka) dan hunian yang sarat ampunan akan keridhaan Allah bagi hamba-Nya (syurga). Ayat ini diakhiri dengan penegasan tentang hakikat dunia yang akan menipu orang yang terkesan dan takjub padanya.

Dari gambaran diatas, maka kita harus lebih bisa menjaga diri sendiri, serta mementingkan pendidikan anak yang termasuk salah satu unsur keluarga, agar dia selamat dunia dan akhirat. Anak bagi orang tua merupakan buah perkawinan yang menyenangkan.

Dibalik itu, anak adalah amanat yang dibebankan atas orang tuanya. Tidak boleh disia-siakan dan disepelekan. Pelaksana amanat harus menjaga dengan baik kondisi titipan agar tidak rusak. Sebab orang tua kelak akan ditanya tentang tanggung jawabnya.

Rasulullah SAW, bersabda; “Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang tanggungjawabnya.” (Hadits Shahih, Riwayat Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi, dari Ibnu Umar)

Anak terlahir dalam keadaan fitrah. Kewajiban orang tualah untuk merawatnya agar tidak menyimpang dari jalan yang lurus, dan selamat dari api neraka. Selain itu, anak yang sholeh dan sholehah akan menjadi modal investasi bagi kedua orang tuanya.

Allah SWT, berfirman;
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Maka, mulai sekarang hendaknya para orang tua sadar terhadap kewajiban mereka untuk mendidik anak-anak mereka agar menjadi hamba Allah SWT yang taat. Memilihkan pendidikan anak yang kondusif untuk perkembangan iman dan otaknya. Bukan membiarkan anak-anak mereka begitu saja tanpa pengawasan terhadap bacaan yang mereka gemari, apa saja yang suka mereka saksikan, serta aktivitas yang mereka gandrungi. Kelalaian dalam hal ini, berarti penyia-nyiaan terhadap amanat Allah SWT.

Ingatlah akibat yang akan menimpa kita dan keluarga kita yang tersia-siakan pendidikan agamanya. Nerakalah balasan yang pantas bagi orang-orang yang melalaikan kewajibannya. Termasuk anak kita yang malang!! Karena kita tidak memperdulikan dan mendahului pengetahuan agamanya, sehingga mereka ikut terpana oleh dunia.

Oleh karena itu, orang tua wajib memenuhi kebutuhan rohani istri dan anak-anaknya, jangan sampai gersang dari pancaran ilmu “dien”. Perkara ini jauh lebih penting dari sekedar pemenuhan kebutuhan jasmani karena berhubungan erat dengan keselamatannya di dunia dan di akhirat. Hal itu dapat terealisir dengan pendidikan yang berkesinambungan di dalam maupun diluar rumah. Renungkanlah. (Machfudh)

Tidak ada komentar: