Sebagian besar manusia melangkahkan kaki keluar dari
rumah, sejak fajar hingga petang, bahkan tak sedikit dari mereka sampai larut
malam. Mereka berlomba-lomba dalam mengais dan mencari rezeki, katanya, demi
memenuhi kebutuhan mereka dan keluarganya.
Sebesar apa pun usaha manusia dalam mencari rezeki,
apabila Allah SWT belum menghendaki, maka rezeki yang diterima manusia tidak
akan sesuai dengan harapannya. Tapi sebaliknya, walaupun kecil upaya yang
dilakukan manusia, sedang Allah SWT telah menghendaki, maka rezeki yang
diperolehpun seperti yang diharapkannya, bahkan lebih dari yang diinginkannya.
Sudah seharusnya manusia berpikir dan berusaha
memahami, kenapa Allah SWT menurunkan rezeki tidak sesuai dengan harapan dan
usahanya. Apa ada yang salah dalam diri manusia tersebut, sehingga Allah tidak
berkehendak memenuhi ukuran rezeki sesuai yang diharapkan manusia itu.
Allah SWT berfirman dalam Surah (42) Asy Syuura Ayat
27;
“Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah
menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha
mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha melihat.” (Q.S. 42 : 27)
Sebelumnya alangkah baiknya, apabila sedikit mengetahui ushul diturunkannya ayat diatas. Ibnu Jarir meriwayatkan dengan
sanadnya,
yang sampai kepada ‘Amr bin Harrits dan lainnya, bahwa mereka berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan penduduk
Shuffah (serambi masjid).”
Hal itu karena,
mereka mengatakan; ‘Kalau sekiranya kamu punya…dst.’ Mereka berangan-angan.
Merujuk kepada ayat diatas, bahwa jelas Allah menunjukkan rasa kasih dan
sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan kelembutan-Nya itu, Allah tidak
melapangkan rezeki kepada mereka, sesuatu yang dapat membahayakan agama
(keimanan) mereka.
Hal tersebut karena Allah Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi
Maha Melihat, yaitu salah satunya mereka tentu akan lalai dari mentaati Allah,
ketika mendatangkan kesenangan dunia. Sehingga mereka akan dipenuhi dengan hawa
nafsu, bahkan kemaksiatan dan kezaliman.
Oleh karena itu, Allah SWT memberi mereka rezeki yang sesuai dengan
kehendak-Nya, karena disana terdapat kebajikan bagi mereka. Allah lebih
mengetahui dalam hal tersebut, sehingga memberikan kekayaan kepada orang yang
berhak mendapatkannya, dan membuat fakir kepada orang yang juga berhak
mendapatkannya.
Jika kekayaan dapat memperbaiki imannya, maka Allah akan
memberikannya. Tetapi, jika
kekayaan malah merusak keimanannya, maka Allah akan memberikan kefakiran kepadanya. Demikian pula, jika
kesehatan dapat memperbaiki
imannya, maka Allah akan memberikannya dan sebaliknya jika sakit yang dapat memperbaiki
keimanannya, maka
Dia akan memberikan sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar