Kamis, 18 Desember 2014

Allah SWT Memberi Petunjuk Kepada yang Dikehendaki-Nya

Al Qur’an diturunkan Allah SWT sebagai pegangan hidup manusia, karena rasa sayang dan kasih-Nya yang sangat besar kepada hamba-hamba-Nya. Yaitu menunjukkan adab-adab terpuji, dan pengetahuan yang baik.

Di dalam Al Qur’an, dijelaskan sejelas-jelasnya jalan mana yang seharusnya ditempuh oleh manusia, serta terdapat penjelasan yang sangat jelas mengenai mana yang bathil, sehingga tidak ada lagi syubhat dan kemusyrikan.

Hal itu, karena Al Qur’an diturunkan dari Tuhan yang ilmu-Nya Maha Sempurna, Rahmat-Nya yang Sempurna dan Penjelasan-Nya pun sangat Sempurna. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah (24) An Nuur Ayat 46;
 
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan, dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Q.S. 24 : 46)

Namun demikian, Allah SWT jugalah yang menentukan siapa-siapa saja yang akan memperoleh petunjuk sesuai dengan kehendak-Nya, sehingga mereka yang terpilih akan berjalan di jalan-Nya yang lurus.

Oleh karena itu, marilah kita berlomba, agar menjadi manusia pilihan sesuai kehendak-Nya, sehingga kita mendapat bimbingan dari-Nya, yaitu dengan beriman kepada-Nya, beriman kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir, dan beriman kepada adanya hari kiamat, serta berlomba-lomba dalam berbuat amal shaleh.

Sudah seharusnya manusia meyakini seyakin-yakinnya sunnatullah dan sunnah nabi SAW, sehingga tidak ada sedikitpun keraguan dalam hatinya, bila tidak maka hatinya akan menjadi sakit dan lemah imannya, serta muncul kemunafikan dalam dirinya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah (24) An Nuur Ayat 47;

Dan mereka berkata: ‘Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan Kami mentaati (keduanya).’ kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (Q.S. 24 : 47)

Pada ayat ini dijelaskan, Allah SWT memberitahukan dengan jelas, bahwa keadaan orang-orang zalim yang dalam hatinya ada penyakit, atau kelemahan ataupun ada kemunafikan. Keraguan dan kelemahan ilmu, bahwa mereka mengatakan diri mereka memegang teguh keimanan dan ketaatan kepada Allah.

Namun kenyataannya, mereka tidak melakukan apa yang mereka katakan, dan sebagian dari mereka malah berpaling jauh dari ketaatan, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, “mu’ridhuun” (berpaling), karena orang yang meninggalkan terkadang memiliki niat untuk kembali.

Akan tetapi, orang tersebut justru berpaling. Kita dapat menemukan keadaan seperti ini, yakni mengaku beriman dan taat, namun tidak melakukan banyak ketaatan, khususnya ibadah yang berat bagi jiwa, seperti zakat, nafkah yang wajib maupun yang sunat, jihad fii sabilillah, dsb. (Machfudh)

Tidak ada komentar: