Sekjen Kemenag
Nur Syam menyampaikan, dalam upaya
Pemerintah dan masyarakat membangun kehidupan berbasis multikulturalisme,
setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
Hal tersebut diungkapkan Nur Syam,
saat memberikan materi pada acara Workshop
Peningkatan Wawasan Multikultural, bagi Tokoh Perempuan Lintas Agama, mengusung tema Peran Perempuan Lintas Agama sebagai Benteng
Kerukunan antar Umat Beragama, di kantor Kementerian Agama RI, Provinsi
Bali, Kamis (04/12-2014).
Ketiga hal yang
disampaikan Nur Syam adalah; pertama, masih ada di antara masyarakat yang hidup
dalam satwa sangka. Hal ini bahkan tidak hanya terjadi di intern
umat beragama, tapi juga ekstern umat beragama.
Menurutnya, banyak orang yang menganggap hanya agamanya yang
benar, agama yang lain tidak boleh hidup, kalau perlu dihilangkan. “Itu karena
asumsi agama saya (saja) yang benar,” jelas Nur Syam.
Setiap agama ada
misterinya. Agama mengajarkan yang misterius, ada sesuatu yang diyakini,
sesuatu yang bersifat keilahiaan. Mengutip istilah KH Hasyim Muzadi, Nur
Syam mengatakan, yang beda jangan disamakan, yang sama jangan dibedakan.
Hal yang kedua,
masih ada sebagian orang beragama yang ingin menyebarkan agamanya kepada orang
yang sudah beragama. Padahal, kita sudah mengetahui,
tidak ada paksakan dalam agama (laa
ikraaha fid-diin). Problemnya adalah bagaimana kita sejauh-jauhnya dapat
menghindarkan diri, supaya tidak menyebarkan agama kita kepada yang sudah punya
agama.
“Jika kita sudah
memiliki keyakinan semacam itu, kerukunan itu akan tumbuh dengan baik,” kata
Nur Syam.
Hal ketiga, terkait pentingnya terus memanage isu-isu
aktual terkait agama. Nur Syam mencontohkan, Isu-isu HAM
yang meributkan agama-agama baru, bahkan mengembangkan isu agama yang
sangat lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar