Forum tahunan para Menteri Agama; Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan
Singapura (MABIMS) ke-16 di Denpasar, Bali, resmi
ditutup. Dalam kesempatan jumpa pers, Rabu (03/12-2014), Menteri Agama RI, Lukman Hakim Syaifuddin mengatakan, ada dua hal besar terkait perjalanan panjang pertemuan MABIMS.
Catatan pertama
Menag, setiap negara memiliki permasalahan sendiri-sendiri terkait ikhwal
keagamaan. Dengan pertemuan tidak resmi ini, Indonesia tidak merasa sendiri,
karena bisa mendapat masukan dari negara-negara lain.
“Ini memberikan
semangat, inspirasi, bahwa banyak saudara-saudara serumpun, saudara-saudara
serantau memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah yang dijalani. Ini
pengalaman pertama yang sangat berarti bagi kami,” ungkapnya.
Catatan kedua, forum
MABIMS adalah wahana meneguhkan ukhwah yang selama ini
menjadi anjuran perintah dari Rasulullah SAW
yang akan terus dibangun, tidak hanya ukhwah
Islamiyah, ukhwah wathoniyah, dan bahkan harus sampai kepada ukhwah basyariyah.
Karena, lanjut Menag, sesama umat manusia di atas muka bumi ini adalah saudara
seiman.
Selain
itu, Menag juga menyampaikan pentingnya posisi MABIMS
untuk berkontribusi dalam menjawab isu dan tantangan, seperti gerakan radikalisme,
ekstrimisme dan terorisme. “Agama bisa mendatangkan rahmat bagi alam semesta,”
tegas Menag.
Lukman Hakim Syaifuddin menjelaskan, beberapa langkah
konkrit yang disepakati bersama dalam menyikapi ekstrimisme, radikalisme dan terorisme, antara lain; mensosialisasikan pernyataan sikap
yang dihasilkan dalam forum MABIMS ini, mengefektifkan
peran dakwah, memperkuat pendidikan tentang ajaran islam yang rahmatan lil
alamin.
Menanggapi
sinyalemen lahir dan tumbuhnya terorisme dari lembaga pendidikan berbasis
Islam, peserta MABIMS menyepakati agar lembaga
pendidikan Islam harus mengajarkan kurikulum dengan materi Islam yang
sesungguhnya, Islam rahmatan lil ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar