Al Qur’an telah memberi semangat (spirit) yang luar biasa, kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam menjalankan tugasnya yang sangat berat, baik sebagai pemimpin agama dan
pemimpin masyarakat.
Sebagai
pemimpin agama, beliau telah mampu memperbaiki dan meluruskan ideologi dan
keyakinan umat yang menyimpang, dan menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagai pemimpin masyarakat, beliau
telah mampu, membawa masyarakatnya yang
multietnik dan multiakidah menjadi masyarakat yang bersatu, berdaulat, dan
berbudaya di Negara Madinah.
Demikian
disampaikan, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, Guru
Besar, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, saat memberi uraian hikmah dengan tema Spirit Al Qur’an dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, dalam rangka peringatan Nuzulul Qur’an, Tingkat Kenegaraan di Istana Negara, Jakarta, bulan Juli
yang lalu.
Thib Raya,
menegaskan, bahwa peringatan Nuzul Al Qur’an, merupakan kesempatan yang baik, bagi kaum muslimin di tanah air untuk merenungkan, menghayati dan
menyegarkan kembali ingatan akan pesan-pesan Allah SWT, di dalam Al Qur’an.
“AlQur’an adalah pegangan hidup, dan petunjuk
yang mengarahkan mereka ke jalan yang benar, sehingga mereka memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat,”
ungkapnya.
Al Qur’an, lanjut Thib Raya menerangkan, bahwa ada beberapa sifat buruk dari manusia yang
dapat merusak hubungan persaudaraan itu, bahkan dapat memecah semangat persatuan, dan memutuskan
semangat persaudaraan.
Ketiga sifat
buruk itu, ialah sifat merendahkan, mencela,
dan mengejek pihak lain. Sifat buruk yang lain lagi, adalah prasangka (kecurigaan), menggunjing, dan
mencari-cari keburukan orang lain. Sifat-sifat buruk itu dijelaskan oleh Allah, di dalam Al Qur’an.
Oleh karena
itu, Thib Raya mengingatkan, bahwa setiap orang atau sekelompok orang, boleh memiliki cita-cita, tujuan yang luhur, dan berlomba-lomba untuk mencapainya. Tetapi cara-cara yang ditempuh untuk mencapainya, haruslah dengan cara-cara yang baik dan benar.
“Al Qur’an menegaskan, bahwa satu kelompok agama
tertentu, tidak diperbolehkan memaki kelompok lain, karena mereka menyembah sembahan-sembahan selain Allah. Ini
menunjukkan, bahwa Al Qur’an memberi spirit, saling menjaga hubungan antarumat beragama,” terangnya.
Thib Raya
memberi kesimpulan, bahwa Al Qur’an tidak akan dapat menjadi petunjuk, dan
Al-Qur’an tidak akan membumi, serta tidak dapat
diimplementasikan dalam kehidupan yang nyata. Jika Al Qur’an tidak dipelajari, tidak
dibaca, tidak dipahami, tidak dikaji, dan tidak diamalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar