Kamis, 06 November 2014

Al Quran Beri Spirit Saling Menjaga Hubungan

Al Qur’an telah memberi semangat (spirit) yang luar biasa, kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam menjalankan tugasnya yang sangat berat, baik sebagai pemimpin agama dan pemimpin masyarakat.

Sebagai pemimpin agama, beliau telah mampu memperbaiki dan meluruskan ideologi dan keyakinan umat yang menyimpang, dan menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagai pemimpin masyarakat, beliau telah mampu, membawa masyarakatnya yang multietnik dan multiakidah menjadi masyarakat yang bersatu, berdaulat, dan berbudaya di Negara Madinah.

Demikian disampaikan, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, Guru Besar, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, saat memberi uraian hikmah dengan tema Spirit Al Qur’an dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, dalam rangka peringatan Nuzulul Qur’an, Tingkat Kenegaraan di Istana Negara, Jakarta, bulan Juli yang lalu.

Thib Raya, menegaskan, bahwa peringatan Nuzul Al Qur’an, merupakan kesempatan yang baik, bagi kaum muslimin di tanah air untuk merenungkan, menghayati dan menyegarkan kembali ingatan akan pesan-pesan Allah SWT, di dalam Al Qur’an.

AlQur’an adalah pegangan hidup, dan petunjuk yang mengarahkan mereka ke jalan yang benar, sehingga mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, ungkapnya.

Al Qur’an, lanjut Thib Raya menerangkan, bahwa ada beberapa sifat buruk dari manusia yang dapat merusak hubungan persaudaraan itu, bahkan dapat memecah semangat persatuan, dan memutuskan semangat persaudaraan.

Ketiga sifat buruk itu, ialah sifat merendahkan, mencela, dan mengejek pihak lain. Sifat buruk yang lain lagi, adalah prasangka (kecurigaan),  menggunjing, dan mencari-cari keburukan orang lain. Sifat-sifat buruk itu dijelaskan oleh Allah, di dalam Al Qur’an.

Oleh karena itu, Thib Raya mengingatkan, bahwa setiap orang atau sekelompok orang, boleh memiliki cita-cita, tujuan yang luhur, dan berlomba-lomba untuk mencapainya. Tetapi cara-cara yang ditempuh untuk mencapainya, haruslah dengan cara-cara yang baik dan benar.

“Al Qur’an menegaskan, bahwa satu kelompok agama tertentu, tidak diperbolehkan memaki kelompok lain, karena mereka menyembah sembahan-sembahan selain Allah. Ini menunjukkan, bahwa Al Qur’an memberi spirit, saling menjaga hubungan antarumat beragama, terangnya.

Thib Raya memberi kesimpulan, bahwa Al Qur’an tidak akan dapat menjadi petunjuk, dan Al-Qur’an tidak akan membumi, serta tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan yang nyata. Jika Al Qur’an tidak dipelajari, tidak dibaca, tidak dipahami, tidak dikaji, dan tidak diamalkan.

“Oleh sebab itu, marilah kita membumikannya dengan cara; kita mempelajari, membaca, memahami, dan mengkajinya, lalu kita mengamalkannya, tandas Guru Besar Bidang Tafsir ini. (Machfudh)

Tidak ada komentar: