Indonesia,
negara yang kaya akan keberagaman, baik budaya, bahasa, suku, bangsa, maupun
agama. Kerap kali dihadapkan dengan pelbagai macam masalah yang selalu diawali
dengan perbedaan. Padahal kalau mau jujur, rakyat Indonesia sangat mengharapkan
akan terciptanya perdamaian, karena damai dalam perbedaan itu indah.
Oleh
karena itu, penulis ingin mengajak kepada pembaca untuk merenungkan, mengapa
kita sering melihat masalah yang muncul di negeri tercinta ini, selalu diawali
dengan perbedaan, baik itu berbeda dalam pendapat ataupun berbeda dalam
keyakinan.
Seakan-akan
bila berbeda satu sama lain, negara ini tidak bisa damai. Apakah kita harus selalu sama dalam pemikiran, pendapat atau keyakinan
agar tercipta sebuah kedamaian? Padahal Allah SWT sangat menyukai
keindahan, dan keindahan itu terbentuk dari banyaknya perbedaan.
Bayangkan,
bila di dunia ini hanya ada satu warna saja, apakah itu akan terlihat indah? Bahkan,
bila di dunia ini hanya ada satu jenis kelamin saja, apakah ini juga akan
membuat dunia terasa indah? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.
Dalam
hal ini, penulis hanya ingin berbagi sedikit informasi dan pengetahuan yang penulis
miliki, mungkin apa yang disampaikan penulis tidak berarti apa-apa. Bahkan
penulis yakin, pembaca justru memiliki pengetahuan lebih ketimbang diri
penulis, mudah-mudahan ini bisa menjadi bahan renungan dan semoga bermanfaat.
Aammiinn.
Bukan
rahasia umum lagi, bila di Indonesia kerap kali muncul konflik akibat adanya
perbedaan satu sama lain, terutama bila menyangkut masalah keyakinan dalam
menganut agama. Disini, penulis hanya ingin menyampaikan firman Allah SWT,
dalam surah Yunus ayat 99 – 100, semoga bisa menjadi bahan renungan kita,
khususnya bagi diri penulis sendiri.
Dalam
Surah Yunus ayat 99 – 100, Allah SWT berfirman;
“Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”
(Q.S. 10 : 99)
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali
dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya.” (Q.S. 10 : 100)
Merujuk
pada Surah Yunus ayat 99, Allah SWT dengan tegas menyatakan, bahwa mudah
bagi-Nya, bila Dia ingin merubah sesuatu apapun sesuai kehendak-Nya, semudah
membalikkan telapak tangan (ini menunjukkan akan kekuasaan-Nya). Akan tetapi
hikmah Allah SWT menghendaki, di antara hamba-Nya ada yang beriman dan ada yang
tidak beriman.
Bahkan
dengan tegas pula pada ayat 100 dalam Surah Yunus, bahwa Allah SWT akan murka
kepada manusia yang tidak mau mempergunakan akalnya. Apalagi bila manusia
memaksakan kehendaknya kepada manusia lain agar beriman kepada-Nya, padahal
Allah SWT tidak menghendaki-Nya.
Yakni dengan iradah dan kehendak-Nya, serta izin-Nya yang bersifat qadari (terhadap alam semesta) lagi syar’i
(sesuai syari’at-Nya). Oleh karena itu, jika di antara makhluk ada yang siap
menerimanya, maka iman akan
tumbuh dalam dirinya, kemudian Allah akan memberinya taufiq dan hidayah-Nya. Untuk mentadabburi ayat-ayat Allah SWT, memperhatikan nasehat dan
pelajaran-Nya.
Makna
yang tersirat dari kedua ayat diatas, bahwa Allah SWT dengan sengaja membuat
manusia yang satu dengan manusia yang lain itu berbeda, baik pemikiran, pendapat,
maupun keyakinan. Hal ini agar kita sebagai hamba-Nya mau mempergunakan akal dan
memikirkannya, mengapa Allah SWT menciptakan perbedaan diantara semua
makhluk-Nya.
Seperti
yang telah penulis utarakan diawal, bahwa Allah SWT sangat menyukai keindahan, dan
keindahan akan terbentuk dari banyaknya perbedaan. Maksudnya, bila kita bisa
menyatukan perbedaan yang satu dengan yang lainnya, maka akan tercipta sebuah
keindahan.
Selain
itu, bila kita mampu untuk menyandingkan semua perbedaan yang ada, maka akan tercipta
pula perdamaian. Sebab perbedaan diantara makhluk yang ada, akan saling mengisi
kekurangan satu terhadap yang lainnya, sehingga hidup ini akan terasa indah.
Begitu
pula dengan keyakinan manusia dalam memeluk sebuah agama, kita tidak akan mampu
memaksakan seseorang untuk menyakini dan memeluk terhadap suatu agama. Karena tanpa
kehendak dan seizin-Nya, maka seseorang itu tidak akan mengikuti agama yang
kita anut.
Jadi, apa pun agama yang
diyakini dan dianut oleh orang itu, sudah merupakan kehendak dan atas seizin
Allah SWT, kita sebagai hamba-Nya tidak akan mampu berbuat apa-apa. Lalu,
pantaskah kita memaksakan kehendak terhadap orang lain? Apakah kita sanggup
melakukan hal tersebut, jika Allah SWT tidak menghendaki-Nya? Renungkanlah. (Machfudh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar