Senin, 10 November 2014

Damai dalam Perbedaan itu Indah

Indonesia, negara yang kaya akan keberagaman, baik budaya, bahasa, suku, bangsa, maupun agama. Kerap kali dihadapkan dengan pelbagai macam masalah yang selalu diawali dengan perbedaan. Padahal kalau mau jujur, rakyat Indonesia sangat mengharapkan akan terciptanya perdamaian, karena damai dalam perbedaan itu indah.

Oleh karena itu, penulis ingin mengajak kepada pembaca untuk merenungkan, mengapa kita sering melihat masalah yang muncul di negeri tercinta ini, selalu diawali dengan perbedaan, baik itu berbeda dalam pendapat ataupun berbeda dalam keyakinan.

Seakan-akan bila berbeda satu sama lain, negara ini tidak bisa damai. Apakah kita harus selalu sama dalam pemikiran, pendapat atau keyakinan agar tercipta sebuah kedamaian? Padahal Allah SWT sangat menyukai keindahan, dan keindahan itu terbentuk dari banyaknya perbedaan.

Bayangkan, bila di dunia ini hanya ada satu warna saja, apakah itu akan terlihat indah? Bahkan, bila di dunia ini hanya ada satu jenis kelamin saja, apakah ini juga akan membuat dunia terasa indah? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.

Dalam hal ini, penulis hanya ingin berbagi sedikit informasi dan pengetahuan yang penulis miliki, mungkin apa yang disampaikan penulis tidak berarti apa-apa. Bahkan penulis yakin, pembaca justru memiliki pengetahuan lebih ketimbang diri penulis, mudah-mudahan ini bisa menjadi bahan renungan dan semoga bermanfaat. Aammiinn.

Bukan rahasia umum lagi, bila di Indonesia kerap kali muncul konflik akibat adanya perbedaan satu sama lain, terutama bila menyangkut masalah keyakinan dalam menganut agama. Disini, penulis hanya ingin menyampaikan firman Allah SWT, dalam surah Yunus ayat 99 – 100, semoga bisa menjadi bahan renungan kita, khususnya bagi diri penulis sendiri.

Dalam Surah Yunus ayat 99 – 100, Allah SWT berfirman;
 
Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (Q.S. 10 : 99)
 
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (Q.S. 10 : 100)

Merujuk pada Surah Yunus ayat 99, Allah SWT dengan tegas menyatakan, bahwa mudah bagi-Nya, bila Dia ingin merubah sesuatu apapun sesuai kehendak-Nya, semudah membalikkan telapak tangan (ini menunjukkan akan kekuasaan-Nya). Akan tetapi hikmah Allah SWT menghendaki, di antara hamba-Nya ada yang beriman dan ada yang tidak beriman.

Bahkan dengan tegas pula pada ayat 100 dalam Surah Yunus, bahwa Allah SWT akan murka kepada manusia yang tidak mau mempergunakan akalnya. Apalagi bila manusia memaksakan kehendaknya kepada manusia lain agar beriman kepada-Nya, padahal Allah SWT tidak menghendaki-Nya.

Yakni dengan iradah dan kehendak-Nya, serta izin-Nya yang bersifat qadari (terhadap alam semesta) lagi syar’i (sesuai syari’at-Nya). Oleh karena itu, jika di antara makhluk ada yang siap menerimanya, maka iman akan tumbuh dalam dirinya, kemudian Allah akan memberinya taufiq dan hidayah-Nya. Untuk mentadabburi ayat-ayat Allah SWT, memperhatikan nasehat dan pelajaran-Nya.

Makna yang tersirat dari kedua ayat diatas, bahwa Allah SWT dengan sengaja membuat manusia yang satu dengan manusia yang lain itu berbeda, baik pemikiran, pendapat, maupun keyakinan. Hal ini agar kita sebagai hamba-Nya mau mempergunakan akal dan memikirkannya, mengapa Allah SWT menciptakan perbedaan diantara semua makhluk-Nya.

Seperti yang telah penulis utarakan diawal, bahwa Allah SWT sangat menyukai keindahan, dan keindahan akan terbentuk dari banyaknya perbedaan. Maksudnya, bila kita bisa menyatukan perbedaan yang satu dengan yang lainnya, maka akan tercipta sebuah keindahan.

Selain itu, bila kita mampu untuk menyandingkan semua perbedaan yang ada, maka akan tercipta pula perdamaian. Sebab perbedaan diantara makhluk yang ada, akan saling mengisi kekurangan satu terhadap yang lainnya, sehingga hidup ini akan terasa indah.

Begitu pula dengan keyakinan manusia dalam memeluk sebuah agama, kita tidak akan mampu memaksakan seseorang untuk menyakini dan memeluk terhadap suatu agama. Karena tanpa kehendak dan seizin-Nya, maka seseorang itu tidak akan mengikuti agama yang kita anut.

Jadi, apa pun agama yang diyakini dan dianut oleh orang itu, sudah merupakan kehendak dan atas seizin Allah SWT, kita sebagai hamba-Nya tidak akan mampu berbuat apa-apa. Lalu, pantaskah kita memaksakan kehendak terhadap orang lain? Apakah kita sanggup melakukan hal tersebut, jika Allah SWT tidak menghendaki-Nya? Renungkanlah. (Machfudh)

Tidak ada komentar: