Allah
SWT menghadirkan umat manusia di bumi, setelah menciptakan para malaikat dan
jin terlebih dahulu, dengan misi menjadi khalifah bumi, pengelola dan
pemakmurannya.
Dalam
Surah (02) Al Baqarah Ayat 30, Allah SWT berfirman;
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Para Malaikat: ‘Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan
berfirman: ‘Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.” (Q.S. 02 : 30)
Allah
SWT menciptakan malaikat dengan tabiat suci dan bersih, serta menganugerahinya
dengan kekuatan dan kekuasaan tertentu tanpa nafsu atau perasaan yang akan
melahirkan rasa cinta kasih. Kalaupun manusia dianugerahi nafsu, maka nafsu itu
dapat membawanya ke puncak tertinggi, dan dapat pula menjerumuskannya ke lembah
yang terendah.
Kekuatan
berkehendak atau ikhtiar akan menyertai mereka, dengan maksud agar manusia
dapat mengembalikan bahteranya sendiri. Kekuatan berkehendak ini akan memberi
kekuasaan dalam mengatasi nasibnya sendiri dan alam.
Khalifah
yang sempurna ialah yang mempunyai kemampuan inisiatif sendiri, tetapi
kebebasan bertindaknya memantulkan adanya kehendak Penciptanya dengan sempurna.(1) Allah SWT
memperkembangkan manusia dari satu diri, sejak zaman Nabi Adam, menjadi
bermiliar-miliar orang hari ini, dan entah berapa hingga akhir zaman.
Allah
SWT berfirman dalam Surah (04) An Nisaa’ Ayat 1;
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(Q.S.
4 : 1)
Kata
nafs dalam ayat tersebut diatas,
mengandung beberapa arti; (1) nyawa; (2) diri; dan (3) person.(2) Allah SWT menciptakan
manusia dari jenis laki-laki dan perempuan. Hal itu sejalan dengan firman Allah
dalam Surah (49) Al Hujuraat Ayat 13, yang artinya;
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa
- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. 49 : 13)
Manusia
berasal dari ayah manusia seluruhnya, yakni Adam dan pasangannya, Hawa.
Lahirlah dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak.(3)
Dalam Surah (05) Al Maa’idah Ayat 48, Allah SWT berfirman;
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu;
Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”
(Q.S.
5 : 48)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, yaitu pada Surah (02) Al Baqarah
Ayat 148;
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat)
kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian
(pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. 2 : 148)
Masing-masing
mempunyai tujuan tempat ia menghadap. Ayat tersebut mengandung tamsil tentang
hidup sebagai suatu perlombaan, tempat kita dengan penuh semangat harus berpacu
untuk mencapai tujuan. Yaitu menuju kebaikan, berlaku baik secara pribadi atau
secara nasional.(4)
Sumber : Lajnah Pentashihan
Mushaf Al Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI.
(1)
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an
Terjemahan dan Tafsirnya, terj. Ali Audah, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1993),
24, footnote 47.
(2)
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan
dan Tafsirnya, 178, footnote 505.
(3)
M. Quraish Shihab, Tafsir Al
Mishbah, (Jakarta; Lentera Hati, 2005), volume 2, hal. 314 – 315.
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 60,
footnote 4933.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar