Minggu, 02 November 2014

Keberkahan di Baitullah

Allah SWT menyatakan bahwa bait-Nya (rumah-Nya) penuh berkah. Berkah ialah suatu karunia yang diberikan lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Misalnya, ada seorang yang menanam gandum. Biasanya sepetak sawah menghasilkan 500 kilogram gandum.

Tapi, ternyata sepetak sawahnya itu memberikan hasil 1.500 kilogram gandum. Itulah yang dikatakan berkah. Artinya, sesuatu yang memberikan karunia, dan memberikan apa yang di atas karunia juga.

Dalam Al-Hajjul Mabrur karya Prof Dr M Mutawalli Asy Sya’rawi disebutkan, Baitul Haram memang telah memberikan keberkahan yang melimpah ruah, entah itu keberkahan ridha, keberkahan perlindungan dari manusia, keberkahan iman yang menyusup ke seluruh jiwa, keberkahan rasa takut kepada Allah SWT, dan keberkahan menumpas rasa sombong dan takabur dalam jiwa.

Walhasil, semua orang yang berada dalam Baitul Haram, merasa sama dengan saudara-saudaranya yang lain yang ada di sana. Tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya hanya dikarenakan oleh tingginya jabatan, harta yang banyak, atau karena perbedaan warna kulit dan asal keturunan, ungkap Asy Sya'rawi.

Di samping itu, terdapat juga keberkahan lainnya. Di Baitullah, shalat seseorang dinilai dan diganjar dengan seratus ribu kali. Nah, kalau sekali shalat diganjar dengan seratus ribu kali, dan melakukan kebaikan lainnya juga diganjar dengan seratus ribu kali, sementara pekerjaan yang sama yang dilakukan di luar Baitullah, biasanya hanya dilipatgandakan sepuluh kali, maka hal itu dinamakan keberkahan.

Di antara keberkahan lainnya, adalah kelapangan dada semua orang yang datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, ketimbang dari berbagai sarana dan prasarana yang ada. Meskipun sarana sudah ditingkatkan demikian rupa, tapi tidak akan dapat memberikan pelayanan yang memadai terhadap para tamu yang datang dari lima benua.

Namun, mereka yang datang itu tetap berlapang dada. Kita melihat puluhan orang tidur dengan damai dan nyenyak dalam satu kamar. Padahal kalau di luar Makkah, tidur berdua saja rasanya sudah gerah.

Keberkahan lainnya juga dalam menunaikan ibadah haji. Anda merasa terkendali dari berbagai perbuatan dosa. Kalau anda bisa melindungi diri dari perbuatan dosa dan durhaka kepada Allah, meskipun hanya beberapa saat, itu namanya suatu keberkahan.

Prof Dr M Mutawalli Asy Sya’rawi dalam Al-Hajjul Mabrur mengatakan, dalam menunaikan ibadah haji, Allah SWT berkenan memberikan keberkahan kepada anda dalam berbagai waktu. Sehingga pada waktu-waktu itu, anda hanya melakukan pekerjaan yang baik-baik saja, jelasnya.

Padahal, pekerjaan yang baik-baik itu di Baitul Haram dilipatgandakan tanpa batas dan tanpa bilangan pahalanya, seperti yang dikatakan Rasulullah SAW, “Haji yang mabrur tidak ada ganjarannya yang sesuai melainkan surga.”

Dengan demikian, berhaji dan berada di Baitul Haram memiliki keberkahan yang luas sekali, memanjang dari dunia hingga akhirat. Allah SWT menginginkan, agar manusia mengikuti ajaran-Nya. Hampir tidak pernah manusia mendapat kesempatan baik mengikuti ajaran-Nya lebih daripada waktu menunaikan ibadah haji.

Belum mendengar panggilan adzan, mereka sudah pergi berlari-lari ke Masjidil Haram. Lalu duduk bertasbih, bertahmid, berdoa, shalat, thawaf dan membaca Alquran untuk menunggu waktu shalat tiba.

Mereka merasa sayang meninggalkan waktu shalat berjamaah atau mengisi waktunya dengan sia-sia, apalagi bermaksiat kepada Allah SWT yang rasanya amat tidak mungkin.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya rumah yang mula pertama dibangun untuk manusia (beribadah) ialah (Baitullah) di Makkah, yang diberi berkah dan (jadi) petunjuk untuk semesta alam.” (Q.S. Ali Imran (3) : 96).

Kata Al Alamin adalah jamak dari kata alam. Alam ialah selain dari Allah yang terdiri dari berbagai jenis makhluk-Nya, yakni alam malaikat, alam jin, alam manusia, dan sebagainya.

Maksudnya, keimanan sudah Allah taburkan ke seluruh alam-Nya di antara berbagai jenis makhluk-Nya. Di musim haji, semua jenis makhluk-Nya berdatangan dari berbagai penjuru alam-Nya untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah. (Machfudh)

Tidak ada komentar: