Manusia, sadar atau
tanpa sadar sering mengaku dirinya lebih beriman dan lebih taat dalam
melaksanakan ajaran agama. Namun sesungguhnya tingkah laku dan perbuatan yang
dilakukannya, belum mencerminkan seperti apa yang diucapakannya.
Ironisnya, tak
jarang pula manusia secara terang-terangan menyebut manusia lain sebagai sosok
manusia kafir, sedangkan dalam Al Qur’an telah ditegaskan bahwa Allah SWT
menyebut hamba-Nya kafir pada hal-hal tertentu.
Terlebih lagi,
apabila antara manusia satu dengan manusia lain berbeda agama, maka mereka akan
saling menyebut kafir terhadap
manusia yang berbeda agama dengannya. Allah SWT berfirman dalam Surah (02) Al
Baqarah Ayat 62;
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. 2 : 62)
Shabiin
ialah orang-orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu, atau
orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa. Dan,
ada yang mengatakan bahwa mereka adalah orang masih tetap di atas fitrahnya, wallahu a'lam. Orang-orang mukmin, begitu pula orang Yahudi, Nasrani
dan Shabiin yang beriman kepada Allah,
termasuk iman kepada Muhammad SAW.
Kemudian, percaya
kepada hari akhirat, dan mengerjakan amalan yang saleh, maka mereka akan mendapat
pahala dari Allah. Amal saleh disini, ialah perbuatan yang baik yang
diperintahkan oleh agama tauhid (agama Allah), baik yang berhubungan dengan
agama ataupun tidak.
Disebutkannya
ayat ini, setelah sebelumnya menerangkan tindakan Bani Israil, dan akhlak mereka yang buruk, serta celaan kepada mereka di
antara faedahnya, adalah agar mereka (Bani
Israil) tidak berputus asa untuk bertobat, dan beriman kepada Nabi Muhammad
SAW.
Dari
‘Ubaidah bin Ash Shamit RA, berkara: Rasulullah SAW, bersabda; “Barangsiapa percaya bahwa tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan bahwa Nabi Isa
adalah hamba Allah dan utusannya, dan kalimat-Nya yang diturunkan kepada Maryam
dan ruh daripada-Nya, dan bahwa surga itu benar adanya (haq), maka Allah pasti
akan memasukkannya ke dalam surga dengan amal perbuatannya (yang baik) seberapa
pun adanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Yaitu apabila jika mereka mau merubah sikap dengan imannya dan
beramal shalih, maka mereka akan memperoleh kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Surah (05) Al Maa’idah Ayat 65;
“Dan sekiranya ahli kitab beriman dan
bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah
Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan.” (Q.S.
5 : 65)
Selain
itu, makna tersirat dari ayat pada Surah Al Baqarh di atas, menunjukkan
kepemurahan Allah. Setelah membalas celaan dan lecehan mereka terhadap agama-Nya,
dan hamba-hamba-Nya yang mukmin dengan menyebutkan aib mereka, dan perkataan
mereka yang batil.
Allah
mengajak mereka untuk bertobat. Jika mereka beriman kepada Nabi Muhammad SAW,
adalah terakhir yang diutus Allah SWT, niscaya Allah akan menghapuskan
kesalahan mereka, dan akan memasukkan mereka ke dalam surga.
Dalam
ayat tersebut, Allah juga ingin menerangkan bahwa celaan itu hanyalah bagi
mereka yang mengikuti jejak nenek moyang mereka yang salah. Dan, agar tidak ada
kesan bahwa hal ini khusus mereka, maka Allah menyebutkan juga bahwa tidak
hanya mereka, bahkan umat yang lain; baik Yahudi, Nasrani, Shabiin dan umat
lainnya.
Jika
mereka sama mau beriman dan mau beramal shalih, maka mereka akan mendapat
pahala dari Allah, mereka tidak perlu takut dengan apa yang akan mereka hadapi
berupa perkara akhirat, dan tidak perlu bersedih hati terhadap apa saja yang
telah berlalu.
Dengan
demikian jelaslah, bahwa yang dimaksud dengan manusia kafir disini, adalah
mereka (manusia) yang tidak mau beriman kepada Allah, tidak beriman (tidak
mempercayai) bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus Allah
SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar