Orang-orang
yang beriman niscaya bersatu padu, berpegang teguh pada tali Allah (agama
tauhid), dan tidak berpecah belah. Saling perduli terhadap sesama, saling
dukung mendukung dalam hal kebaikan. Saling ingat-mengingatkan satu sama lain,
agar semua dapat bergantung pada tali Allah.
Dalam Surah (03) Ali ‘Imran Ayat 103, Allah SWT berfirman;
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. 3 : 103)
Ayat
diatas mengandung perumpamaan, seperti orang-orang yang berjuang di dalam air
agar tidak tenggelam. Dan dengan pertolongan Allah, akhirnya mereka mendapat
uluran tali yang kuat untuk menyelamatkan diri.
Semua
berpegang kuat-kuat pada tali itu, mereka saling dukung-mendukung, sehingga
menambah besarnya harapan untuk dapat diselamatkan.(1)
Konteks
ayat tersebut, bahwa Yasrib, Madinah dahulu, pernah diporak-porandakan oleh
perang saudara dan kesukuan, serta pertentangan yang hebat sebelum Rasulullah
SAW menapakkan kakinya yang suci ke permukaan tanah ini.
Setelah
itu, ia menjadi kota Nabi, Madinatur-rasuul,
tempat tali persaudaraan yang tidak ada bandingannya, dan menjadi poros Islam.(2)
Ayat
tersebut berpesan, agar orang beriman mengaitkan diri satu dengan yang lain,
yaitu dengan tuntunan (agama tauhid) Allah SWT, sambil menegakkan disiplin.
Kalau ada yang lupa, agar saling ingat-mengingatkan. Atau, bila ada yang
tergelincir, dibantu untuk bangkit, agar semua dapat bergantung dan berpegangan
pada tali Allah.(3)
Dalam menghindari perpecahan, niscaya ada kelompok yang peduli terhadap
sesama, mengajak untuk kebaikan, mengajak orang untuk berbuat baik, dan
melarang dalam perbuatan mungkar. Allah SWT berfirman dalam Surah (03) Ali
‘Imran Ayat 104;
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. 3 : 104)
Ma’ruf ialah segala perbuatan yang dikenal dan
diketahui baik, dan mendekatkan kita kepada Allah.(4) Sedangkan Munkar
ialah segala perbuatan yang tidak dikenal, diingkari, perkara yang keji dan
menjauhkan kita daripada-Nya.(5)
Masyarakat
muslim yang ideal, ialah penuh kebahagiaan, tidak terganggu oleh perselisihan
atau rasa curiga, punya kepastian, kuat, bersatu dan sejahtera. Semua itu
mengajak kepada yang baik; mengajak kepada kebaikan dan mencegah segala
kejahatan.(6)
Masyarakat
Islam yang ideal, ialah yang terhindar dari perselisihan dan perpecahan, apa
pun alasannya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah (03) Ali ‘Imran Ayat
105;
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang
yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Q.S. 3 : 105)
(Machfudh)
Sumber : Lajnah Pentashihan
Mushaf Al Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI.
(1)
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an
Terjemahan dan Tafsirnya, 149, footnote 429.
(2)
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an
Terjemahan dan Tafsirnya, 149, footnote 430.
(3)
M. Quraish Shihab, Tafsir Al
Mishbah, volume 2,(Jakarta; Lentera Hati, 2000), hal. 158 - 160.
(4)
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al
Munawwir, (Surabaya; Pusaka Progresif, 1984), hal. 988 – 989.
(5)
Al Qur’an dan Terjemahnya, footnote 217, Ahmad Warson
Munawwir, Kamus Al Munawwir, 1561.
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 150,
footnote 431.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar