Senin, 03 November 2014

Allah SWT Menciptakan Manusia Satu Umat

Manusia pada dasarnya adalah satu umat, begitu pula dengan agama yang suci dan murni di sisi Allah, yaitu agama tauhid. Namun seiring berjalannya waktu, maka umat manusia terpecah belah, terutama dalam masalah agama. Namun demikian, perbedaan yang didasari keimanan kepada Allah SWT, maka mereka yang berbeda tetap akan kembali (menyembah dan dihisab) kepada-Nya.

 Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah (02) Al Baqarah Ayat 213;
 
Manusia itu (dahulunya) adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Q.S. 02 : 213)

Pesan ayat tersebut senafas dengan firman Allah SWT dalam Surah (21) Al Anbiyaa’ Ayat 92 - 93;
 
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. Kepada Kamilah masing-masing golongan itu akan kembali.” (Q.S. 21 : 92 – 93)

Agama yang suci murni pada sisi Allah hanya satu, sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW, yaitu Agama Tauhid.(1)  Umat dalam ayat ini diterjemahkan dengan persaudaraan yang lebih mewakili daripada komunitas, ras, bangsa dan rakyat yang mengandung gagasan-gagasan lain.

“Agama” dan “Cara Hidup” adalah arti yang seakar, yang dapat diterapkan pada sebagian ayat yang lain. Perhatian kita tertuju kepada orang-orang, dengan watak dan bawaan yang sangat berbeda, berbeda dalam waktu, ras, bahasa, lingkungan, sejarah serta pekerjaan yang akan dihadapi. Tetapi membentuk persaudaraan yang lebih erat, sebagai manusia laki-laki dan perempuan yang dipersatukan ke dalam bentuk ibadah yang tertinggi kepada Allah. (2)

Agama yang diturunkan Allah itu hanya satu, yaitu agama tauhid, oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi mereka telah terpecah-belah. Mereka semua akan kembali kepada Allah yang akan menghitung amal mereka.

Pesan Allah adalah satu dan selamanya satu, dan rasul-rasul-Nya pun memperlakukan semua itu satu. Hanya orang yang berpandangan sempit yang datang kemudian merusak risalah itu, serta memecah-belah persaudaraan ke dalam kotak-kotak dan sekte-sekte. (3)

Allah SWT berfirman dalam Surah (23) Al Mu’minuun Ayat 52;
 
“Dan sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku.” (Q.S. 23 : 52)

Semua nabi membentuk satu persaudaraan. Risalah mereka satu. Agama dan ajaran mereka juga satu. Mereka menyembah Allah Yang Satu, Yang Mencintai dan Memelihara mereka, dan mereka melaksanakan kewajiban kepada-Nya semata. (4)

Rasul-rasul membawa agama tauhid, agama yang satu, tidak berbilang sumbernya, yakni dari Allah SWT sendiri, maka hendaklah semua manusia bertaqwa kepada-Nya. (5)  Allah SWT berfirman dalam Surah (10) Yunus Ayat 19;
 
Dan manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” (Q.S. 10 : 19)

Semua umat manusia diciptakan satu, dan ajaran Allah kepada umat manusia pada dasarnya juga satu, yakni ajaran tentang tauhid dan kebenaran. Tetapi karena manusia dikuasai oleh sifat mementingkan diri sendiri dan egoisme, timbul perbedaan-perbedaan antara orang-seorang, ras-ras dan bangsa-bangsa.

Dan karena kasih-Nya yang tak terhingga, Ia mengutus para rasul dan menyampaikan ajaran-ajaran kepada mereka sesuai dengan keanekaragaman mental mereka. Allah hendak menguji mereka dengan segala pemberian-Nya, dan mendorong mereka berlomba dalam kebaikan dan ketaqwaan. (6)

Dahulu kala orang Arab itu satu bangsa dengan satu agama, yakni agama Nabi Ibrahim. (7) setiap kelompok memecah-belah persatuan dan membuat sekte-sekte; dan setiap sekte sudah merasa puas dengan ajarannya sendiri yang sempit. (8)

Dalam Surah (16) An Nahl Ayat 93, Allah SWT berfirman;
 
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. 16 : 93)

Jika Allah menghendaki, pasti Ia menjadikan manusia satu umat; tetapi Ia memberikan kebebasan berkehendak yang terbatas kepada manusia, bukan untuk memaksa kehendak manusia, tetapi untuk memberikan petunjuk dan membiarkan mereka yang menolak petunjuk itu untuk mau bertobat dan kembali kepada-Nya. Selama kita masih diberi pilihan, kita akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita. (9)

Allah SWT berfirman dalam Surah (42) Asy Syuura Ayat 8;
 
Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong.” (Q.S. 42 : 8)

Salah satu tanda kebesaran Allah SWT, bahwa Dia menjadikan kita berbeda-beda, sehingga kita diuji dalam melatih keinginan kita. Melalui kebenaran iman itu kita dapat mencapai perkembangan tertinggi, dan kita dapat menikmati karunia-Nya berupa rahmat dan kasih sayang-Nya.

Kita tidak boleh jadi orang yang suka bertengkar; dan kita harus mengerti kekurangan-kekurangan kita sendiri. (10) 

Dalam Surah (11) Huud Ayat 118 – 119, Allah SWT berfirman; 
 
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Q.S. 11 : 118 – 119)

Segenap umat manusia adalah satu, tetapi dalam ketentuan Allah, dalam ukuran tertentu manusia mempunyai kebebasan berkendak, dan mau tidak mau ini pula yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan.

Ini bukan masalah jika manusia dengan jujur dan rendah hati, sama-sama mau mencari keridhaan Allah. Tetapi, yang terjadi adalah kezaliman, dan sifat mementingkan diri sendiri, dan perselisihan menjadi satu dengan kebencian, kedengkian, dan dosa, kecuali mereka yang telah menerima karunia Allah, mereka akan selamat. (11)

Allah SWT dengan tegas menyatakan dalam firmannya di dalam Surah (43) Az Zukhuf Ayat 33;
 
Dan Sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah loteng- loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya.” (Q.S. 43 : 33)

Sumber : Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI.
(1)  Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al Qur’an, (Bandung; Fa. Sumatra, 1978), 509.
(2)  Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 837, footnote 2749.
(3)  Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 837, footnote 2750.
(4)  Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 873, footnote 2909.
(5)  M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta; Lentera Hati, 2005), volume 9, hal. 198 – 199.
(6)  Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 488, footnote 1406.
(7)  Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al Qur’an, (Bandung; Fa. Sumatra, 1978), 298.
(8)  Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 873, footnote 2910.
(9)  Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 882, footnote 2133.
(10)  Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 1247, footnote 4536.
(11) Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 546, footnote 1622.

Tidak ada komentar: