Manusia
pada dasarnya adalah satu umat, begitu pula dengan agama yang suci dan murni di
sisi Allah, yaitu agama tauhid. Namun seiring berjalannya waktu, maka umat
manusia terpecah belah, terutama dalam masalah agama. Namun demikian, perbedaan
yang didasari keimanan kepada Allah SWT, maka mereka yang berbeda tetap akan
kembali (menyembah dan dihisab) kepada-Nya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah
(02) Al Baqarah Ayat 213;
“Manusia itu (dahulunya) adalah umat yang
satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan
kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan
yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk
orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Q.S. 02 : 213)
Pesan
ayat tersebut senafas dengan firman Allah SWT dalam Surah (21) Al Anbiyaa’ Ayat
92 - 93;
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama
kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku. Dan
mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. Kepada Kamilah
masing-masing golongan itu akan kembali.” (Q.S. 21 : 92 – 93)
Agama
yang suci murni pada sisi Allah hanya satu, sejak Nabi Adam hingga Nabi
Muhammad SAW, yaitu Agama Tauhid.(1) Umat dalam ayat ini diterjemahkan
dengan persaudaraan yang lebih mewakili daripada komunitas, ras, bangsa dan
rakyat yang mengandung gagasan-gagasan lain.
“Agama”
dan “Cara Hidup” adalah arti yang seakar, yang dapat diterapkan pada sebagian
ayat yang lain. Perhatian kita tertuju kepada orang-orang, dengan watak dan
bawaan yang sangat berbeda, berbeda dalam waktu, ras, bahasa, lingkungan,
sejarah serta pekerjaan yang akan dihadapi. Tetapi membentuk persaudaraan yang
lebih erat, sebagai manusia laki-laki dan perempuan yang dipersatukan ke dalam
bentuk ibadah yang tertinggi kepada Allah.
(2)
Agama
yang diturunkan Allah itu hanya satu, yaitu agama tauhid, oleh karena itu
seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi mereka telah terpecah-belah.
Mereka semua akan kembali kepada Allah yang akan menghitung amal mereka.
Pesan
Allah adalah satu dan selamanya satu, dan rasul-rasul-Nya pun memperlakukan
semua itu satu. Hanya orang yang berpandangan sempit yang datang kemudian
merusak risalah itu, serta memecah-belah persaudaraan ke dalam kotak-kotak dan
sekte-sekte. (3)
Allah
SWT berfirman dalam Surah (23) Al Mu’minuun Ayat 52;
“Dan sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua,
agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu,
Maka bertakwalah kepada-Ku.” (Q.S. 23 : 52)
Semua nabi membentuk
satu persaudaraan. Risalah mereka satu. Agama dan ajaran mereka juga satu.
Mereka menyembah Allah Yang Satu, Yang Mencintai dan Memelihara mereka, dan
mereka melaksanakan kewajiban kepada-Nya semata.
(4)
Rasul-rasul membawa
agama tauhid, agama yang satu, tidak berbilang sumbernya, yakni dari Allah SWT
sendiri, maka hendaklah semua manusia bertaqwa kepada-Nya. (5) Allah SWT
berfirman dalam Surah (10) Yunus Ayat 19;
“Dan manusia dahulunya hanyalah satu umat,
kemudian mereka berselisih. kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah
ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka,
tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” (Q.S. 10 : 19)
Semua umat manusia
diciptakan satu, dan ajaran Allah kepada umat manusia pada dasarnya juga satu,
yakni ajaran tentang tauhid dan kebenaran. Tetapi karena manusia dikuasai oleh
sifat mementingkan diri sendiri dan egoisme, timbul perbedaan-perbedaan antara
orang-seorang, ras-ras dan bangsa-bangsa.
Dan karena kasih-Nya
yang tak terhingga, Ia mengutus para rasul dan menyampaikan ajaran-ajaran
kepada mereka sesuai dengan keanekaragaman mental mereka. Allah hendak menguji
mereka dengan segala pemberian-Nya, dan mendorong mereka berlomba dalam
kebaikan dan ketaqwaan. (6)
Dahulu kala orang
Arab itu satu bangsa dengan satu agama, yakni agama Nabi Ibrahim. (7) setiap kelompok memecah-belah persatuan dan membuat
sekte-sekte; dan setiap sekte sudah merasa puas dengan ajarannya sendiri yang
sempit. (8)
Dalam Surah (16) An
Nahl Ayat 93, Allah SWT berfirman;
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia
menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. 16 : 93)
Jika Allah
menghendaki, pasti Ia menjadikan manusia satu umat; tetapi Ia memberikan
kebebasan berkehendak yang terbatas kepada manusia, bukan untuk memaksa
kehendak manusia, tetapi untuk memberikan petunjuk dan membiarkan mereka yang
menolak petunjuk itu untuk mau bertobat dan kembali kepada-Nya. Selama kita
masih diberi pilihan, kita akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita. (9)
Allah SWT
berfirman dalam Surah (42) Asy Syuura Ayat 8;
“Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah
menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang
dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi
mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong.” (Q.S. 42 : 8)
Salah satu tanda
kebesaran Allah SWT, bahwa Dia menjadikan kita berbeda-beda, sehingga kita
diuji dalam melatih keinginan kita. Melalui kebenaran iman itu kita dapat
mencapai perkembangan tertinggi, dan kita dapat menikmati karunia-Nya berupa
rahmat dan kasih sayang-Nya.
Kita tidak boleh
jadi orang yang suka bertengkar; dan kita harus mengerti kekurangan-kekurangan
kita sendiri. (10)
Dalam Surah (11) Huud Ayat 118 – 119, Allah SWT
berfirman;
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia
menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih
pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah
Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan:
Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang
durhaka) semuanya.” (Q.S. 11 : 118 –
119)
Segenap umat manusia
adalah satu, tetapi dalam ketentuan Allah, dalam ukuran tertentu manusia
mempunyai kebebasan berkendak, dan mau tidak mau ini pula yang menyebabkan
timbulnya perbedaan-perbedaan.
Ini bukan masalah
jika manusia dengan jujur dan rendah hati, sama-sama mau mencari keridhaan
Allah. Tetapi, yang terjadi adalah kezaliman, dan sifat mementingkan diri
sendiri, dan perselisihan menjadi satu dengan kebencian, kedengkian, dan dosa,
kecuali mereka yang telah menerima karunia Allah, mereka akan selamat. (11)
Allah SWT dengan
tegas menyatakan dalam firmannya di dalam Surah (43) Az Zukhuf Ayat 33;
“Dan Sekiranya bukan karena hendak
menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah Kami
buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah loteng-
loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka
menaikinya.” (Q.S. 43 : 33)
Sumber : Lajnah
Pentashihan Mushaf Al Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI.
(1) Bachtiar Surin, Terjemah
dan Tafsir Al Qur’an, (Bandung; Fa. Sumatra, 1978), 509.
(2) Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 837, footnote 2749.
(3) Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 837, footnote 2750.
(4) Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 873, footnote 2909.
(5) M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta; Lentera Hati, 2005), volume 9, hal. 198
– 199.
(6) Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 488, footnote 1406.
(7) Bachtiar Surin, Terjemah
dan Tafsir Al Qur’an, (Bandung; Fa. Sumatra, 1978), 298.
(8) Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 873, footnote 2910.
(9) Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 882, footnote 2133.
(10) Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 1247, footnote 4536.
(11) Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 546,
footnote 1622.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar