Nahdaltul
Wathan, didirikan oleh TGKH Zainuddin Abdul
Majid, nama kecilnya Muhammad Saggaf lahir di Bermi Desa Pancor, tanggal 17
Robiul Awal 1316 H dari pasangan Tuan Guru Haji Abdul Majid yang dikenal juga
dengan nama Guru Muminah dan Hajjah Halimatussadiyah.
“Muhammad Assagaf sejak kecil terkenal cerdas dan soleh, serta patuh kepada orang tuanya. Setelah lulus Sekolah Rakyat (SR),
Muhammad Assagaf menuntut ilmu ke Makkah pada tahun 1321H/1923M, kedua
orantuanyalah yang kemudian mengantar ke Madrasah Saulatiyah,” ungkap H.
Muhammad Suhaidi, SQ kepada Machfudh
dikantornya, daerah Pisangan, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur.
Menurutnya, di tempat itulah beliau dikenal
sebagai murid yang tekun dan selalu meraih nilai lebih tinggi di antara
teman-teman seangkatannya, sehingga beliau disayang oleh guru-gurunya seperti
Syaikh Hasan Muhammad Al Masyasyath, Syaikh Sayyid Amin Al-Kutbi, dan Syaikh
Salim Rahmatullah.
“Setelah belajar selam 12 tahun di Makkah, atas perintah guru beliau yang
paling dikagumi Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath pada tahun 1934 beliau
pulang ke tanah kelahirannya dan mendirikan Pesantren Al-Mujahidin, Madrasah
NWDI, Madrasah NBDI dan organisasi NW,” ujar Ketua Pengurus Ponpes NW Jakarta.
Selain aktif
berdakwah, tambahnya, bahwa TGKH Zainuddin Abdul Majid pernah menjadi anggota
Konstituante dan MPR RI, serta penasehat MUI Pusat. Beliau juga aktif menulis beberapa karya yang cukup besar, seperti kumpulan doa-doa yang dikenal dengan Hizib
Nahdlatul Wathan, serta puluhan karya tulis lainnya.
“Ulama yang masyhur sampai di tanah Arab ini, wafat pada pukul 19.53 WITA, hari Selasa 20 Jumadil
Akhir 1418 H/21 Oktober 1997 M. Sederet nama cucu beliau yang siap berjuang
meneruskan kiprah NW, di antaranya cucu tertua TGH Lalu Gede Muhammad Wira
Sakti Amir Murni, Lc yang baru pulang menuntut ilmu dari Yordania dan Raden
Tuan Guru Bajang KH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, Lc alumni Madrasah Saulatiyah,” terang H.
Muhammad Suahidi, SQ.
Dalam meneruskan tradisi keilmuan yang didapatkan di Madrasah Saulatiyah Makkah
Al Mukarromah, TGKH ZAinuddin Abdul MAjid mendirikan Mahad Darul Hadits Wal
Quran (MDQH), sebuah perguruan tinggi yang khusus sebagai tempat mendalami ilmu
agama, yang ditempuh selama empat tahun bagi santri laki-laki dan tiga tahun bagi santri perempuan.
Menurut pria lulusan PBNW Lombok ini,
mengungkapkan bahwa cara belajar di
MDQH adalah dengan halaqah (bersila) mengikuti cara ulama Salaf dengan
berbusana putih bawah dan atas. Sejak mula tahun 1998 setelah mendapat petunjuk
gaib dari TGH Zainuddin Abdul Majid, puteri beliau Hj Siti Raehanun Abdul
Majid, MDQH yang ada di Pancor kegiatannya dipindah ke Anjani.
“MDQH sebagian besar masayikhnya (dosennya) adalah alumni
Madrasah Saulatiyah, karena itu tradisi keilmuan di MDQH Anjani masih tetap
sama seperti apa yang diajarkan oleh pendiri NW. Salah seorang dari masyayikh
tersebut adalah cucu kesayangan beliau dari Raden Tuan Guru Bajang KH Lalu Gede
Muhammad Zainuddin Atsani, LC, salah seorang harapan baru bagi kemajuan
Nahdlatul Wathan,” tandasnya. (Machfudh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar