Kamis, 28 Agustus 2014

Profil TGKH Zainuddin Abdul Majid

Nahdaltul Wathan, didirikan oleh TGKH Zainuddin Abdul Majid, nama kecilnya Muhammad Saggaf lahir di Bermi Desa Pancor, tanggal 17 Robiul Awal 1316 H dari pasangan Tuan Guru Haji Abdul Majid yang dikenal juga dengan nama Guru Muminah dan Hajjah Halimatussadiyah.

Muhammad Assagaf sejak kecil terkenal cerdas dan soleh, serta patuh kepada orang tuanya. Setelah lulus Sekolah Rakyat (SR), Muhammad Assagaf menuntut ilmu ke Makkah pada tahun 1321H/1923M, kedua orantuanyalah yang kemudian mengantar ke Madrasah Saulatiyah,” ungkap H. Muhammad Suhaidi, SQ kepada Machfudh dikantornya, daerah Pisangan, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur.

Menurutnya, di tempat itulah beliau dikenal sebagai murid yang tekun dan selalu meraih nilai lebih tinggi di antara teman-teman seangkatannya, sehingga beliau disayang oleh guru-gurunya seperti Syaikh Hasan Muhammad Al Masyasyath, Syaikh Sayyid Amin Al-Kutbi, dan Syaikh Salim Rahmatullah.

Setelah belajar selam 12 tahun di Makkah, atas perintah guru beliau yang paling dikagumi Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath pada tahun 1934 beliau pulang ke tanah kelahirannya dan mendirikan Pesantren Al-Mujahidin, Madrasah NWDI, Madrasah NBDI dan organisasi NW,” ujar Ketua Pengurus Ponpes NW Jakarta.

Selain aktif berdakwah, tambahnya, bahwa TGKH Zainuddin Abdul Majid pernah menjadi anggota Konstituante dan MPR RI, serta penasehat MUI Pusat. Beliau juga aktif menulis beberapa karya yang cukup besar, seperti kumpulan doa-doa yang dikenal dengan Hizib Nahdlatul Wathan, serta puluhan karya tulis lainnya.

Ulama yang masyhur sampai di tanah Arab ini, wafat pada pukul 19.53 WITA, hari Selasa 20 Jumadil Akhir 1418 H/21 Oktober 1997 M. Sederet nama cucu beliau yang siap berjuang meneruskan kiprah NW, di antaranya cucu tertua TGH Lalu Gede Muhammad Wira Sakti Amir Murni, Lc yang baru pulang menuntut ilmu dari Yordania dan Raden Tuan Guru Bajang KH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, Lc alumni Madrasah Saulatiyah,” terang H. Muhammad Suahidi, SQ.

Dalam meneruskan tradisi keilmuan yang didapatkan di Madrasah Saulatiyah Makkah Al Mukarromah, TGKH ZAinuddin Abdul MAjid mendirikan Mahad Darul Hadits Wal Quran (MDQH), sebuah perguruan tinggi yang khusus sebagai tempat mendalami ilmu agama, yang ditempuh selama empat tahun bagi santri laki-laki dan tiga tahun bagi santri perempuan.

Menurut pria lulusan PBNW Lombok ini, mengungkapkan bahwa cara belajar di MDQH adalah dengan halaqah (bersila) mengikuti cara ulama Salaf dengan berbusana putih bawah dan atas. Sejak mula tahun 1998 setelah mendapat petunjuk gaib dari TGH Zainuddin Abdul Majid, puteri beliau Hj Siti Raehanun Abdul Majid, MDQH yang ada di Pancor kegiatannya dipindah ke Anjani.

MDQH sebagian besar masayikhnya (dosennya) adalah alumni Madrasah Saulatiyah, karena itu tradisi keilmuan di MDQH Anjani masih tetap sama seperti apa yang diajarkan oleh pendiri NW. Salah seorang dari masyayikh tersebut adalah cucu kesayangan beliau dari Raden Tuan Guru Bajang KH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, LC, salah seorang harapan baru bagi kemajuan Nahdlatul Wathan,” tandasnya. (Machfudh)

Tidak ada komentar: