Apabila kita membuka dan
mempelajari Al Qur’an, maka kita akan mendapatkan apa yang menjadi ajaran pokok
dalam syariat Islam, yaitu 10 pokok perintah Allah SWT. Pada artikel kali ini,
penulis ingin berbagi informasi dan sedikit pengetahuan, namun ini bukan
berarti penulis jauh lebih baik dari pembaca, mungkin sebaliknya.
Mudah-mudahan sedikit
pengetahuan ini bisa bermanfaat dan menjadi bahan renungan bagi kita semua. Inti
ajaran pokok dalam syariat Islam itu terdapat dalam surah Al An’am ayat 151,
ayat 152 dan ayat 153. Dimana Allah SWT dengan tegas menyampaikan 10
perintah-Nya yang wajib dipatuhi oleh semua hamba-Nya tanpa terkecuali.
Sehingga apabila kita
semua melakukannya sesuai dengan perintah dan larangan Allah SWT, Insya Allah, kita akan menjadi manusia
yang bertaqwa kepada-Nya. Dibawah ini, penulis mencoba memaparkannya ayat demi
ayat.
Allah SWT berfirman dalam
surah Al An’am ayat 151;
“Katakanlah; ‘Marilah kubacakan apa
yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu; janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar’. Demikian itu
yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” (Q.S. 6 : 151)
Allah
SWT melarang kita untuk berbuat syirik, yaitu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu. Syirik itu sama juga melakukan tandingan bagi Allah, dimana seseorang
beribadah dan mengangungkan selain Allah.
Hal itu
dilarang karena kita diperintahkan untuk beribadah dan tunduk kepada-Nya, hanya
Dia-lah yang wajib disembah, tiada yang lain selain Allah SWT yang berhak untuk
disembah. Yaitu dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi apa-apa
yang dilarang-Nya.
Kemudian,
Allah SWT juga memerintahkan kita untuk berbuat baik terhadap kedua orang tua,
baik dengan ucapan
maupun dengan perbuatan. Oleh karena itu, setiap perkataan atau perbuatan yang memberi
manfaat bagi orang tua atau menyenangkan keduanya, maka yang demikian termasuk
berbuat baik.
Setiap
manusia yang lahir di muka bumi ini telah Allah janjikan rezekinya
masing-masing, sehingga kita tidak perlu takut akan kelaparan (hidup miskin) dalam
menjalani kehidupan di dunia. Selain itu, Allah melarang kita melakukan
perbuatan-perbuatan yang keji, yaitu dosa-dosa besar yang dianggap keji, seperti zina, liwath
(homoseks), dsb.
Ada pula yang mengartikan, baik yang terkait dengan zhahir
(nampak di luar) maupun yang terkait dengan hati dan batin. Larangan mendekati
perbuatan keji lebih dalam daripada larangan melakukan perbuatan itu sendiri,
karena larangan mendekati, berarti larangan mengerjakan pengantarnya dan
wasilah (sarana) yang mengarah ke sana.
Kita
juga dilarang untuk membunuh manusia, walaupun berbeda agama dan keyakinan
sekalipun. Kecuali yang dibenarkan, yaitu dibenarkan oleh syara' seperti qishash, membunuh orang murtad, dan rajam kepada pezina yang sudah
menikah.
Allah SWT berfirman dalam surah Al An’am ayat 152;
“Dan janganlah kamu
dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga
sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, maka hendaklah
kamu Berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah, yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.” (Q.S. 6 : 152)
Dalam
ayat ini, Allah SWT melarang kita untuk mendekati harta anak yatim, apalagi
mengambil dan memakannya (yang bukan hak kita). Yaitu memakan atau menukarnya dengan
maksud memperoleh keuntungan pribadi atau mengambil tanpa sebab, kecuali untuk memberikan kemaslahatan bagi anak yatim yang
bersangkutan.
Selain
itu, ayat ini
menunjukkan bahwa kita tidak boleh mengolah harta
anak yatim dengan
pengolahan yang merugikan anak yatim. Memang dimaktubkan dalam ayat ini,
bahwa anak yatim
sebelum dewasa dicegah melakukan tindakan
terhadap hartanya, dan walinyalah yang mengelola hartanya dengan pengelolaan
yang menguntungkan
sampai anak yatim itu beranjak dewasa.
Allah
SWT melarang kita berlaku curang terhadap hal apa pun, mencari keuntungan
pribadi dari setiap tindakan yang merugikan orang lain. Oleh karena itu, jika seseorang
berusaha memenuhi takaran dan timbangan, namun terjadi kekurangan tanpa ada sikap remeh darinya,
maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
Berkatalah dengan sejujur-jujurnya,
jangan ditutupi, walaupun apa yang dikatakan itu sebenarnya merugikan kerabat
sendiri. Serta memenuhi setiap janji kita kepada-Nya, maksudnya penuhilah segala janji
yang diadakan antara kamu dengan-Nya, berupa mengerjakan hak-hak-Nya dan memenuhinya, demikian juga perjanjian yang diadakan
antara kamu dengan orang lain. Semua perjanjian wajib dipenuhi dan haram dibatalkan atau
diremehkan.
Allah SWT berfirman dalam surah Al An’am ayat 153;
“Dan bahwa (yang Kami
perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan
Allah agar kamu bertaqwa.” (Q.S. 6 : 153)
Shalat wusthaa ialah shalat yang
di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang
dimaksud dengan shalat wusthaa ialah
shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua
shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Yakni perintah yang disebutkan dalam ayat 151-152 dan yang
semisalnya. Jalan
yang menghubungkan kepada Allah dan kepada surga-Nya, jalan yang lurus, mudah
dan ringan. Agar kamu memperoleh keberuntungan dan memperoleh apa yang kamu
harapkan.
Yakni jalan-jalan yang menyelisihinya. Menyimpangkan kamu dari
jalan-Nya yang lurus. Jika kamu sudah keluar dari jalan yang lurus, maka di
sana tidak ada lagi jalan selain jalan yang mengarah kepada neraka. Kita
meminta kepada Allah agar Dia membimbing kita menempuh jalan yang lurus. (Machfudh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar