Tafsir Surah Al Fatihah(1) ayat 1 – 7, dikutip dari buku berjudul Tafsir Al Misbah Volume 1, M. Quraish Shihab, (Jakarta; Lentera Hati, 2002), tebal buku 624 h. Semoga tafsir ini
memberikan masukan dan tambahan ilmu bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca
umumnya. Mudah-mudahan bermanfaat. Aammiinn.
AYAT PERTAMA
“Dengan nama
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”
Ayat pertama Surah Al Fatihah adalah lafadz Basmalah seperti yang tertulis di atas, ini menurut pendapat Imam Syafi'i yang sudah masyhur di kalangan para Ulama'. Walaupun ada sebagian ulama' seperti Imam Malik yang berpendapat bahwa Basmalah bukan termasuk ayat pertama Surah Al Fatihah, sehingga tidak wajib dibaca ketika shalat saat membaca Surah Al Fatihah.
Basmalah
merupakan pesan pertama Allah kepada manusia, pesan agar manusia memulai setiap
aktivitasnya dengan nama Allah. Hal ini ditunjukkan oleh penggunaan huruf
"ب" pada lafadz "بسم". Lafadz Ar-Rahman ar-Rahim adalah dua sifat
yang berakar dari kata yang sama. Agaknya kedua sifat ini dipilih karena sifat
inilah yang paling dominan.
Para ulama'
memahami kata Ar-Rahman sebagai sifat Allah yang mencurahkan rahmat yang
bersifat sementara di dunia ini, sedang ar-Rahim adalah rahmat-Nya yang
bersifat kekal. Rahmat-Nya di dunia yang sementara ini meliputi seluruh
makhluk, tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir.
Sedangkan
rahmat yang kekal adalah rahmat-Nya di akhirat, tempat kehidupan yang kekal,
yang hanya akan dinikmati oleh makhluk-makhluk yang mengabdi kepada-Nya.
AYAT KEDUA
“Segala puji
hanya bagi Allah pemelihara seluruh alam.”
Kata Hamd atau pujian adalah ucapan yang ditujukan kepada yang dipuji atas sikap atau perbuatannya yang baik, walaupun ia tidak memberi sesuatu kepada yang memuji. Inilah bedanya antara hamd dengan syukur.
Ada tiga unsur
dalam perbuatan yang harus dipenuhi oleh yang dipuji, sehingga dia wajar mendapat pujian, yaitu : indah (baik), dilakukan secara sadar, dan tidak terpaksa
atau dipaksa. Kata al-hamdu, dalam
surah al-Fatihah ini ditunjukkan kepada Allah. Ini berarti bahwa Allah dalam
segala perbuatan-Nya telah memenuhi ketiga unsur tersebut di atas.
Kalimat Robbil 'aalamin, merupakan keterangan
lebih lanjut tentang layaknya segala puji hanya bagi Allah. Betapa tidak, Dia
adalah Robb dari seluruh alam. Al-hamdu
lillahi robbil'alamin dalam surah al-Fatihah ini mempunyai dua sisi makna.
Pertama berupa pujian kepada Allah dalam bentuk ucapan, dan kedua berupa syukur
kepada Allah dalam bentuk perbuatan.
AYAT KETIGA
“Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Pemeliharaan tidak dapat terlaksana dengan baik dan sempurna, kecuali bila disertai dengan rahmat dan kasih sayang. Oleh karena itu, ayat ini sebagai penegasan kedua setelah Allah sebagai Pemelihara seluruh alam. Pemeliharaan-Nya itu bukan atas dasar kesewenangan-wenangan semata, tetapi diliputi oleh rahmat dan kasih sayang.
AYAT KEMPAT
“Pemilik hari
pembalasan.”
“Pemelihara dan Pendidik yang Rahman dan Rahiim boleh jadi tidak memiliki (sesuatu). Sedang sifat ketuhanan tidak dapat dilepaskan dari kepemilikan dan kakuasaan. Karena itu kapamilikan dan kakuasaan yang dimaksud perlu ditegaskan. Inilah yang dikandung oleh ayat keempat ini, maaliki yaumiddin.”
Demikian al-Biqa'i menghubungkan ayat ini dan
ayat sebelumnya. Ayat di atas menyatakan bahwa Allah
adalah Pemilik atau Raja hari kemudian. Paling tidak ada dua makna yang
dikandung oleh penegasan ini, yaitu:
Pertama, Allah yang menentukan dan Dia pula satu-satunya yang mengetahui kapan
tibanya hari tersebut. Kedua, Allah
mengetahui segala sesuatu yang terjadi dan apapun yang terdapat ketika itu.
Kekuasaan-Nya sedemkian besar, sehingga jangankan bertindak atau bersikap menentang-Nya, berbicara pun
harus dengan seizin-Nya.
AYAT KELIMA
“Hanya
kepada-Mu Kami mengabdi dan hanya kepada-Mu Kami meminta pertolongan.”
Kalimat “Hanya kepada-Mu Kami mengabdi dan hanya kepada-Mu Kami meminta pertolongan”, adalah bukti bahwa kalimat-kalimat tersebut adalah pengajaran. Allah mengajarkan ini kepada kita agar kita ucapkan, karena mustahil Allah yang Maha Kuasa itu berucap demikian, bila bukan untuk pengajaran.
Banyak sekali
pesan yang dikandung kata iyyaka dan na'budu. Secara tidak langsung penggalan
ayat ini mengecam mereka yang mempertuhan atau menyembah selain Allah, baik
masyarakat Arab ketika itu maupun selainnya. Penggalan ayat mengecam mereka
semua dan mengumandangkan, bahwa Allah lah yang patut disembah dan tidak ada sesembahan yang lain.
Selain itu, dalam meminta pertolongan kita tidak dapat
mengabaikan Allah dalam peranan-Nya. Permohonan bantuan kepada Allah, agar Dia mempermudah apa yang tidak mampu diraih oleh
yang bermohon dengan upaya sendiri.
Para ulama
mendefinisikannya sebagai “Penciptaan sesuatu yang dengannya menjadi sempurna
atau mudah pencapaian apa yang diharapkan.” Dari penjelasan di atas terlihat
bahwa permohonan bantuan itu, bukan berarti berlepas tangan sama sekali. Tetapi
Kita masih dituntut untuk berperan, sedikit atau banyak, sesuai dengan kondisi
yang dihadapi.
AYAT KEENAM
“Bimbing
(antar)lah Kami (memasuki) jalan lebar dan luas.”
Setelah mempersembahkan puja puji kepada Allah dan mengakui kekuasaan dan kepemilikan-Nya, ayat selanjutnya merupakan pernyataan tentang ketulusan-Nya beribadah, serta kebutuhannya kepada pertolongan Allah. Maka dengan ayat ini, sang hamba mengajukan permohonan kepada Allah, yakni bimbing dan antarkanlah Kami memasuki jalan yang lebar dan luas.
Shiroth di sini bagaikan jalan tol yang lurus dan tanpa hambatan, semua yang telah
memasukinya tidak dapat keluar, kecuali setelah tiba di tempat tujuan. Shiroth adalah jalan yang lurus, semua
orang dapat melaluinya tanpa berdesak-desakan. Sehingga shiroth menjadi jalan utama untuk sampai kepada tujuan utama umat
manusia, yaitu keridloan Allah dalam
setiap tingkah laku.
AYAT KETUJUH
“(Yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka, bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”
Kata ni'mah/nikmat yang dimaksud di sini adalah nikmat yang paling bernilai yang tanpa nikmat itu, nikmat-nikmat yang lain tidak akan mempunyai nilai yang berarti, bahkan dapat menjadi niqmah atau bencana, jika tidak bisa mensyukuri dan menggunakannya dengan benar.
Nikmat tersebut
adalah nikmat memperoleh hidayah Allah, serta ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka yang taat melaksanakan
pesan-pesan Ilahi yang merupakan nikmat terbesar itu, mereka itulah yang masuk
dan bisa melalui shiroth al-mustaqim.
Mengenai yang
disebut dengan al-maghdhub 'alaihim,ayat
ini tidak menjelaskan siapakah orang-orang tersebut, tetapi rasulullah telah
memberi contoh konkret, yaitu orang-orang Yahudi yang
mengerti akan kebenaran tetapi enggan melaksanakannya.
Demikian ayat
terakhir, surah al-Fatihah ini mengajarkan
manusia agar bermohon kepada Allah, kiranya ia diberi petunjuk oleh-Nya, sehingga mampu menelusuri Shiroth al-mustaqim, jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang
sukses di dunia maupun di akhirat.
Ayat ini juga
mengajarkan kaum muslimin, agar selalu optimis menghadapi hidup ini, bukankah nikmat Allah selalu
tercurah kepada hamba-hamba-Nya?
KESIMPULAN
Surah al-Fatihah (pembukaan) yang diturunkan di Makkah yang terdiri atas 7 ayat ini, adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan sempurna satu surah. Disebut dengan al-Fatihah karena merupakan pembuka dalam Al-Qur'an.
Surah al-Fatihah (pembukaan) yang diturunkan di Makkah yang terdiri atas 7 ayat ini, adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan sempurna satu surah. Disebut dengan al-Fatihah karena merupakan pembuka dalam Al-Qur'an.
Dinamakan juga
sebagai Ummul Qur'an karena di dalamnya
mencakup kandungan tema-tema pokok semua ayat Al-Qur'an. Yang di antaranya
mencakup aspek keimanan, hukum, dan kisah.
Alasan mengapa
al-Fatihah diletakkan di awal Al-Qur'an seperti yang diuraikan oleh Syekh M.
Abduh, adalah kandungan Surah al-Fatihah
yang bersifat global yang dirinci oleh ayat-ayat lain, sehingga ia bagaikan mukaddimah atau pengantar bagi
kandungan surah-surah Al-Qur'an.
Tujuan utama
dari surah al-Fatihah, adalah menetapkan kewajaran Allah untuk dihadapkan kepada-Nya segala
pujian dan sifat-sifat kesempurnaan, dan meyakini kepemilikan-Nya atas dunia
dan akhirat, serta kewajaran-Nya untuk disembah
dan dimohonkan dari-Nya pertolongan, dan nikmat menempuh jalan yang lurus
sambil memohon terhindar dari jalan orang yang binasa.
(Machfudh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar