Selasa, 09 September 2014

Perbedaan dalam Sudut Pandang Islam


Indonesia memiliki falsafah bangsa, yaitu Bineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu, Indonesia. Bhineka Tunggal Ika merupakan keanekaragaman suku, agama, bahasa dan berbagai aspek kebudayaan di Indonesia yang merupakan aset bangsa yang akan tetap aka bersatu membentuk harmoni di dalam wadah ke-indonesia-an.(1)

Allah SWT menciptakan kebinekaan di alam semesta dan dalam kehidupan manusia. Perbedaan dalam realitas kehidupan adalah anugerah terindah dalam hidup ini. (2) Kebinekaan suku, bahasam agama, golongan, budaya, profesi merupakan kekayaan bangsa Indonesia, tetapi di sisi lain kebinekaan tersebut tidak jarang menimbulkan konflik sosial di tengah-tengah masyarakat.

Pembahasan tentang kebinekaan dalam Al Qur’an ini, dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pandangan bagi masyarakat, agar dapat mewujudkan kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan hidup bersama, serta terhindar dari segala macam konflik yang merugikan kehidupan secara moril maupun materiil.

Allah SWT menciptakan manusia dan mengajarinya berkomunikasi, serta menurunkan Al Qur’an untuk seluruh umat manusia yang majemuk, plural, multi, berbeda-beda, beraneka ragam tradisi dan budaya, untuk segala suku dan bangsa di semua tempat dan sepanjang zaman.

Allah SWT berfirman dalam Surah (55) Ar Rahman Ayat 1 – 4;
(Allah) yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara.” (Q.S. 55 : 1 – 4)

Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik dan menyempurnakannya dengan akal dan pengetahuan. Dia mengajari manusia kemampuan berbicara untuk mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya dan terbetik dalam sanubarinya, serta memahamkannya kepada orang lain. Hal itu tidak bisa terlaksana, kecuali dengan adanya jiwa dan akal. (3)

Kehidupan manusia akan terus berkembang dan melahirkan keanekaragaman yang tak terhingga. Allah SWT berfirman dalam Surah (30) Ar Ruum Ayat 22 tentang kebinekaan, sebagai berikut;
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. 30 : 22)

Perbedaan bahasa, warna kulit; ada yang hitam, kuning, sawo matang dan putih, padahal bersumber dari asal-usul yang sama, ini merupakan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. (4)

Berbagai perbedaan dalam bahasa dan warna kulit dapat dilihat dari segi geografi atau waktu tertentu dalam sejarah. Semua umat manusia diciptakan dari sepasang orang tua, ibu dan bapak, tetapi kemudian mereka bertebaran ke berbagai negeri dan iklim yang berbeda-beda.

Mereka berkembang menjadi berbagai macam bahasa, serta warna kulit, namun dasar kesatuannya tetap tidak berubah. Mereka merasakan dalam cara yang sama, dan sama-sama di bawah perlindungan Tuhan.

Kemudian ada pula perbedaan dalam waktu. Bahasa-bahasa lama mati, bahasa-bahasa baru berkembang. Syarat-syarat kehidupan dan pikiran baru selalu melahirkan dan mengembangkan kata-kata dan ungkapan-ungkapan baru, susunan tata bahasa yang baru, serta bentuk pengucapan yang baru pula. Begitu bangsa-bangsa lama hilang, bangsa-bangsa baru lahir. (5)

Pada ayat lain, Allah SWT berfirman dalam Surah (35) Faathir Ayat 28;
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. 35 : 28)

Dalam bentuk fisik kehidupan manusia dan hewan, semua warna itu kita lihat tampak beraneka ragam. Betapa pun menakjubkannya keanekaragaman dengan segala tingkatannya itu, dibandingkan dengan keanekaragaman batin dan dunia rohani kita, sebenarnya itu tidaklah seberapa. (6)

Ayat di atas menyitir perbedaan bentuk dan warna makhluk hidup. Ayat di atas menyatakan,bahwa di antara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang ternak, yakni unta, sapi, dan domba, bermacam-macam bentuk, ukuran, jenis, dan warnanya.

Ayat tersebut menggarisbawahi kesatuan sumber materi, namun menghasilkan aneka perbedaan. Sperma sebagai bahan penciptaan dan cikal bakal kejadian manusia tampak tidak berbeda, tetapi begitu bayi dilahirkan satu dengan yang lainnya tidak sama.

Faktor genetis adalah yang menjadikan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia tetap memiliki ciri khasnya dan tidak berubah hanya karena habitat dan makanannya. (7)

Dalam kehidupan hewan, ada hewan yang melata, ada yang berjalan dengan dua kaki, dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki atau lebih. Allah SWT berfirman dalam Surah (24) An Nuur Ayat 45;
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. 24 : 45)

Makhluk-makhluk melata di dunia termasuk cacing, ular, lipan, laba-laba, dan serangga. Kalaupun mereka berkaki, kaki mereka kecil-kecil. Ikan dan binatang laut, umumnya tak dapat dikatakan berjalan. Hewan dua kaki, termasuk unggas dan manusia. Kebanyakkan binatang menyusui berjalan di atas empat kaki. (8)

Di alam lahir, melalui warna-warna kita dapat mengerti dan dapat menghayati tingkat-tingkat warna yang sungguh menakjubkan itu. Tetapi dalam dunia rohani, aneka warna atau tingkat-tingkat warna itu, bahkan lebih lembut dan lebih padat. Siapakah yang benar-benar memahaminya?

Hanyalah hamba-hamba Allah yang tahu; yakni yang mempunyai pengetahuan lebih dalam, yang datang melalui perkenalan mereka dengan dunia rohani. Orang yang demikianlah yang benar-benar dapat menghayati dunia batin, dunia rohani itu, dan merekalah yang tahu bahwa takut kepada Allah adalah permulaan dari suatu kearifan. (9)

(Machfudh)

Sumber : Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI.
(1)      Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1990)
(2)     Alim Ruswantoro, Mochamad Sodik, M. Irfan Tuasikal, Nilai-Nilai Masyarakat Madani dalam Pemberdayaan Ekonomi, (Yogyakarta; Puskadiabuma, 2008), hal. 43.
(3)     Mustafa Al Maragi, Tafsir Al Maragi, ter. Bahrun Abu Bakar, Hery Noer Aly, Anshori Umar Sitanggal, (Semarang; Karya Toha Putra, 1989), hal. 187 – 188.
(4)      M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta; Lentera Hati, 2005), volume 11, hal. 37 – 38.
(5)      Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, terj. Ali Audah, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1994), 1032, footnote 3527.
(6)      Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, terj. Ali Audah, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1994), 1124, footnote 3912.
(7)      M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta; Lentera Hati, 2005), volume 11, hal. 465.
(8)      Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 900, footnote 3022.
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 1124, footnote 3913.

Tidak ada komentar: