Selasa, 09 September 2014

Misi Allah Jadikan Manusia Sebagai Khalifah


Allah SWT menghadirkan umat manusia di bumi, setelah menciptakan para malaikat dan jin terlebih dahulu, dengan misi menjadi khalifah bumi, pengelola dan pemakmurannya.

Dalam Surah (02) Al Baqarah Ayat 30, Allah SWT berfirman;

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: ‘Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.” (Q.S. 02 : 30)

Allah SWT menciptakan malaikat dengan tabiat suci dan bersih, serta menganugerahinya dengan kekuatan dan kekuasaan tertentu tanpa nafsu atau perasaan yang akan melahirkan rasa cinta kasih. Kalaupun manusia dianugerahi nafsu, maka nafsu itu dapat membawanya ke puncak tertinggi, dan dapat pula menjerumuskannya ke lembah yang terendah.

Kekuatan berkehendak atau ikhtiar akan menyertai mereka, dengan maksud agar manusia dapat mengembalikan bahteranya sendiri. Kekuatan berkehendak ini akan memberi kekuasaan dalam mengatasi nasibnya sendiri dan alam.

Khalifah yang sempurna ialah yang mempunyai kemampuan inisiatif sendiri, tetapi kebebasan bertindaknya memantulkan adanya kehendak Penciptanya dengan sempurna.(1) Allah SWT memperkembangkan manusia dari satu diri, sejak zaman Nabi Adam, menjadi bermiliar-miliar orang hari ini, dan entah berapa hingga akhir zaman.

Allah SWT berfirman dalam Surah (04) An Nisaa’ Ayat 1;

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. 4 : 1)

Kata nafs dalam ayat tersebut diatas, mengandung beberapa arti; (1) nyawa; (2) diri; dan (3) person.(2) Allah SWT menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan. Hal itu sejalan dengan firman Allah dalam Surah (49) Al Hujuraat Ayat 13, yang artinya;

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. 49 : 13)

Manusia berasal dari ayah manusia seluruhnya, yakni Adam dan pasangannya, Hawa. Lahirlah dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak.(3)

Dalam Surah (05) Al Maa’idah Ayat 48, Allah SWT berfirman;
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (Q.S. 5 : 48)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, yaitu pada Surah (02) Al Baqarah Ayat 148;

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. 2 : 148)

Masing-masing mempunyai tujuan tempat ia menghadap. Ayat tersebut mengandung tamsil tentang hidup sebagai suatu perlombaan, tempat kita dengan penuh semangat harus berpacu untuk mencapai tujuan. Yaitu menuju kebaikan, berlaku baik secara pribadi atau secara nasional.(4)

(Machfudh)

Sumber : Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI.
(1)       Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, terj. Ali Audah, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1993), 24, footnote 47.
(2)       Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 178, footnote 505.
(3)       M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta; Lentera Hati, 2005), volume 2, hal. 314 – 315.
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, 60, footnote 4933.

Tidak ada komentar: