Kedutaan Besar RI di Kairo,
memfasilitasi pertemuan para Rektor dari perguruan tinggi Mesir dan Indonesia, dalam “Forum of Egyptian - Indonesian
Universities Presidents toward Joint Working
Group (JWG) on Higher Education.” Forum ini, berlangsung di Hotel Four
Season Kairo, hotel yang terletak di tepian Sungai Nil, Kamis (18/09-2014).
Dalam sambutannya, Dr. Fahmy
Lukman, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI, yang
menjadi penanggungjawab forum ini, menyebutkan peserta yang menghadiri forum ini terdiri atas 22
perguruan tinggi Indonesia, antara lain; UPI Bandung, Unpad Bandung, Unsyiah Aceh,
UN Malang, Universitas Tadulako, Universitas
Telkom, UIN Maliki Malang, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ubhara Surabaya.
Selain itu, ikut juga dalam forum
ini, peserta dari 10 perguruan tinggi Mesir, antara lain; Al-Azhar University, Alexandria, Suez Qanal, Mansura, dan Zaqaziq
University. Pertemuan ini, juga diikuti beberapa perwakilan pusat studi di Mesir dan
pihak Kementerian Pendidikan Tinggi Mesir, Kementerian Agama RI, dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Forum pertemuan pimpinan
perguruan tinggi ini, pertama kali diselenggarakan secara resmi oleh kedua negara,
Indonesia dan Mesir, dalam rangka menginisiasi kerjasama yang
lebih luas dan produktif di masa depan. Kedua pihak menyadari, bahwa
Indonesia dan Mesir adalah dua negara yang memiliki hubungan sangat erat dan
berlangsung lama.
Mesir, adalah negara pertama yang
mengakui kemerdekaan Indonesia. Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, dan
Presiden Abdurrahman Wahid, memiliki kedekatan dengan presiden-presiden Mesir pada masanya.
Pandangan dan faham keagamaan yang hidup di masyarakat Indonesia, sedikit
banyak dipengaruhi oleh faham keagamaan dari Mesir.
Fakultas dan kajian Islam di IAIN sejak berdirinya tahun 1960, mengacu sepenuhnya pada model
Al-Azhar, Mesir.
Seperti diakui oleh Prof. Dr. Amsial Bakhtiar, Wakil Rektor UIN
Jakarta, saat
menyampaikan pandangannya pada forum ini.
“UIN
Jakarta yang menjadi cikal bakal perguruan tinggi Islam di Indonesia, memiliki
hutang sejarah pada rakyat Mesir. Bukan hanya model Al-Azhar yang dijadikan
rujukan IAIN, tapi alumni Al-Azhar sangat berperan
dalam mengembangkan kajian Islam di IAIN dan UIN sekarang ini,” paparnya.
Delegasi dari kedua negara, semua
menyatakan pentingnya kerjasama perguruan tinggi ditingkatkan lebih produktif.
Tidak hanya bidang keagamaan Islam yang selama ini sudah berlangsung bagi kedua
negara (terutama bidang syariah dan bahasa Arab).
Tetapi
bidang-bidang strategis baru yang menjadi tantangan kedua negara modern,
seperti kedokteran, teknik, pertambangan, ekonomi syariah, perdagangan,
pendidikan, food security, tourism, lingkungan hidup, industri, politik dan
pemerintahan, hingga pengelolaan air bersih.
Sumberdaya yang dimiliki
universitas kedua negara mendukung bentuk-bentuk kerjasama baru itu. Sekretaris
Kementerian Pendidikan Tinggi Mesir, Prof. Dr. Ali Al-Hilali, dalam sambutannya
menyatakan gembira dengan diadakannya forum ini.
Dia berharap forum ini menjadi
jembatan terbangunnya hubungan dan kerjasama kedua negara yang semakin akrab. Mesir, kata Al-Hilali, memiliki 23
universitas negeri dengan 341 fakultas yang menyelenggarakan berbagai cabang
keilmuan, agama dan umum.
“Seperti
kedokteran, handasah/teknik, farmasi, ekonomi, sains dan teknologi. Sementara
mahasiswa asing di seluruh universitas Mesir, mencapai 53.000 orang, tersebar
di Universitas al-Azhar, Kairo University, Ain Syams, Alexandria, Mansuria, dan Tanta. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan kooperasi
antara Indonesia-Mesir dalam berbagai bidang ilmu,”
ungkapnya.
Dr. Syamsurrizal, Rektor Universitas Syiah Kuala Aceh yang
menjadi ketua delegasi Indonesia, menyebut kerjasama kedua negara ini laiknya sebagai Collaboration among brothers. Kerjasama
di antara sesama Saudara. “Indonesia harusnya menjadi excellent partner bagi
Mesir karena kedekatan sejarah dan persahabtan kedua negara ini demikian kental,” ujarnya di
sela-sela pertemuan.
Apalagi, lanjutnya,
Indonesia saat ini, menjadi 10 negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar
dunia, the most moslem countries in the
world. “Kerjasama Mesir-Indonesia sangat vital dan dapat menjadi lokomotif
membangun misi keislaman yang moderat dan ramah di seluruh dunia,” tegasnya.
Forum ini juga memfasilitasi penjajakan
kerjasama secara langsung antar universitas kedua delegasi. Beberapa
universitas di Indonesia, seperti Unpad, Tadulako, UN Malang menandatangani MoU
dengan Universitas Zaqaziq, Alexandria, dan Pusat Studi Padang Pasir.
Beberapa bentuk kerjasama yang
diinisiasi kedua delegasi, meliputi joint and
collaborative research, kerjasama bidang sains, scholarship, internship program, credit earning, student and
staff exchange, overseas degree
program, joint publication, journal peer review and editorial board,
dan dual degre, atau programkembaran dua universitas di Indonesia dan Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar