Senin, 06 Oktober 2014

Agama itu Jalan Kebenaran, Tapi Jangan Merasa Paling Benar

Sebagai negara besar, Indonesia dianugerahi dengan kemajemukan, di antaranya, adalah beragamnya umat beragama di Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara menempatkan agama dalam posisinya yang terhormat.

Untuk itulah setiap pemeluk agama di Indonesia, dituntut pula untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Hal tersebut, disampaikan oleh Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Muhammadiyah Amien, MA, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat, pekan lalu.

Mantan Rektor IAIN Sultan Amai, Gorontalo, ini melanjutkan, dimensi agama tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia memang bukan negara agama, tetapi Indonesia juga bukan Negara sekuler.

Amin menambahkan, bahwa beragama merupakan jalan kebenaran, tetapi jangan merasa paling benar. Agama merupakan jalan kemenangan, tetapi jangan ingin menang sendiri. Menurut Amin, bertoleransi terhadap perbedaan, adalah kemestian demi menjauhkan bangsa dari perpecahan. Tetapi, ia menambahkan, jangan keliru memahami toleransi.

“Toleransi beragama, adalah penghargaan dan penghormatan terhadap keyakinan berbeda, tetapi bukan mencampur-adukan agama. Karena untuk urusan agama, tidak ada toleransi,” tegasnya.

Lebih lanjut, Guru Besar ilmu Hadits, Universitas Islam Negeri (UIN) Alaudin, Makassar ini, mengajak bangsa Indonesia untuk menciptakan perdamaian dengan menghormati kemajemukan. Toleransi bisa dimaknai sebagai sikap dimana pihak mayoritas menghargai minoritas, dan minoritas menghormati mayoritas.

Amin berpesan, agar bangsa Indonesia mengedepankan sikap egaliter dan tidak mudah terprovokasi. (Machfudh)

Tidak ada komentar: