Pada awal bulan Ramadhan tahun 654 H, terjadi
kebakaran yang melanda Masjid Nabawi. Peristiwa yang pertama kali ini, terjadi
pada masa Daulah Abbasiyah.
Saat mengetahui hal itu, pada tahun 655 H, Khalifah
Mu’tashim yang tengah memimpin Daulah Abbasiyah segera memerintahkan
pembangunan ulang Masjid Nabawi.
Dia mengirimkan dana untuk keperluan pembangunan.
Namun, pembangunan tersebut tidak dapat diselesaikan karena adanya serangan
bangsa Tatar kepada kekhalifahan Islam yang menyebabkan jatuhnya Baghdad pada
tahun 656 H.
Dalam Ensiklopedi Haji dan Umrah, karya Drs
Ikhwan M.Ag dan Drs Abdul Halim M.Ag dijelaskan, kelanjutan pembangunan Masjid
Nabawi kemudian diambil alih oleh para pemimpin Dinasti Mamalik yang berkuasa
di Mesir.
“Pembangunan dan renovasi akhirnya bisa
dirampungkan pada tahun 661 H, sehingga Masjid Nabawi dapat terlihat seperti
bentuk semula sebelum terjadi kebakaran,” kata Ikhwan dan Abdul Halim.
Selain Dinasti Mamalik, pihak lain yang turut
berperan dalam melengkapi sarana dan prasarana Masjid Nabawi saat itu adalah
Raja Muzhaffar yang memerintah Negeri Yaman. Raja Muzhaffar mengirimkan mimbar
baru sebagai ganti atas mimbar yang hancur dilalap api.
Sementara itu, pada tahun 665 H Raja Zhahir yang
memerintah Cyprus mengirimkan papan pembatas yang terbuat dari kayu. Papan
pembatas ini diletakkan di sekeliling pembatas segi lima yang mengelilingi
bekas kamar Rasulullah SAW.
Pada tahun 678 H, Sultan Manshur Qalawun yang memerintah
Dinasti Mamalik membangun kubah di atas kamar tersebut. Sejak saat itu, kubah
menjadi ciri khas Masjid Nabawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar