Berdasarkan data astronomi,
pada hari Rabu (08/10-2014) ini, akan terjadi gerhana bulan total atau khusuful qamar. Gerhana
diperkirakan akan berlangsung, sejak pukul 16:15 – 19:34 WIB, , 17:15 –
20:34 WITA, serta 18:15 – 21:34 WIT.
Sehubungan itu, Kementerian Agama
RI melalui
Ditjen Bimas Islam mengimbau, umat Islam agar melakukan shalat
sunnah gerhana secara berjamaah. “Kami mengimbau kaum muslimin agar melakukan
Shalat Gerhana,” tulis Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah yang
juga Pelaksana Tugas Dirjen Bimas Islam, Muchtar Ali, Rabu (08/10-2014).
Menurutnya, sesuai tuntunan Nabi
Muhammad SAW, umat Islam sangat dianjurkan (sunah
muakkadah) untuk melakukan salat gerhana, walaupun dalam posisi gerhana bulan
sebagian. “Mempertimbangkan waktu terbit Bulan di masing-masing daerah,
maka Shalat Gerhana dilakukan setelah shalat Maghrib sampai selesai Gerhana
sesuai dengan waktu di atas,” tambah Muchtar Ali.
Selain itu, umat Islam juga
dianjurkan memperbanyak zikir, doa, istighfar, taubat, sedekah, dan amal-amal
kebajikan lainnya.
Gerhana, Tanda-Tanda Kebesaran
Allah
Dijelaskan Muchtar Ali, matahari
dan bulan merupakan dua makhluk Allah SWT yang sangat
akrab dalam pandangan. Peredaran dan silih bergantinya yang sangat teratur
merupakan ketetapan aturan Penguasa Jagad Semesta ini.
Maka semua yang menakjubkan dan
luar biasa pada matahari dan bulan, pada dasarnya menunjukkan keagungan,
kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya. Oleh karena itu, Allah SWT membantah fenomena penyembahan terhadap matahari dan
bulan sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
”Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kaliann sujud
(menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang
menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.”(Fushshilat: 37)
Tuntunan Islam Ketika terjadi
Gerhana
Baginda Nabi Saw. mengajarkan
kepada kita tuntunan syariat yang mulia ketika terjadi gerhana matahari maupun
gerhana bulan, antara lain yaitu:
1. Menghadirkan
rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana bulan dan matahari. Baik karena
peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat,
atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan.
2. Mengingat
apa yang pernah disaksikan Nabi saw dalam shalat Kusuf. Diriwayatkan bahwa
dalam shalat kusuf, Rasulullah saw diperlihatkan oleh Allah surga dan neraka.
Bahkan beliau ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan
kepada mereka. Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan
kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai shalat
gerhana, beliau bersabda;
“Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang
aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Muttafa
alaih)
3. Menyeru
dengan panggilan “Asshalaatu Jaami’ah”. Maksudnya adalah panggilan untuk
melakukan shalat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan bahwa saat terjadi
gerhana, Rasulullah saw memerintahkan untuk menyerukan “Ashshalaatu Jaami’ah”
(HR. Abu Daud dan Nasa’i).
4. Tidak ada
azan dan iqamah bagi shalat gerhana. Karena azan dan iqamah hanya berlaku pada
shalat fardhu yang lima.
5. Disunahkan
mengeraskan bacaan surat, baik shalatnya dilakukan pada siang atau malam hari.
Hal tersebut dilakukan Rasulullah saw dalam shalat gerhana (Muttafaq alaih).
6. Shalat
gerhana sunah dilakukan di masjid secara berjamaah. Rasulullah saw selalu melaksanakannya
di masjid sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat. Akan tetapi boleh juga
dilakukan seorang diri. (Lihat: Al-Mughni, Ibnu Qudamah, 3/323)
7. Wanita boleh
ikut shalat berjamaah di belakang barisan laki-laki. Diriwayatkan bahwa Aisyah
dan Asma ikut shalat gerhana bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari).
8. Disunahkan
memanjangkan bacaan surat. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw dalam shalat
gerhana memanjangkan bacaannya. (Muttafaq alaih). Namun hendaknya tetap
mempertimbangkan kemampuan dan kondisi jamaah.
9. Disunahkan
menyampaikan khutbah setelah selesai shalat, berdasarkan perbuatan Nabi saw
bahwa beliau setelah selesai shalat naik ke mimbar dan menyampaikan khutbah
(HR. Nasa’i). Sejumlah ulama menguatkan bahwa khutbah yang disampaikan hanya
sekali saja, tidak dua kali seperti shalat Jumat. Sebagian ulama menganggap
tidak ada sunah khutbah selesai shalat. Akan tetapi petunjuk hadits lebih
menguatkan disunahkannya khutbah setelah shalat gerhana.
10. Dianjurkan
memperbanyak istighfar, berzikir dan berdoa, bertakbir, memedekakan budak,
shalat serta berlindung kepada Allah dari azab neraka dan azab kubur.
Tatacara Shalat Gerhana
1. Berniat di
dalam hati;
2. Takbiratul
ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa;
3.
Membaca do’a
iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat
yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya,
bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah: “Nabi Saw. menjaharkan
(mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.”(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim
no. 901)
4.
Kemudian
ruku’ sambil memanjangkannya;
5.
Kemudian
bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ‘SAMI’ALLAHU
LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD‘;
6.
Setelah
i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al
Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang
pertama;
7.
Kemudian
ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;
8.
Kemudian
bangkit dari ruku’ (i’tidal);
9.
Kemudian
sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud
kemudian sujud kembali;
10.
Kemudian
bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama
hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
11.
Salam;
12.
Setelah itu imam
menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir,
berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak.
(Machfudh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar