Minggu, 05 Oktober 2014

Esensi Kemabruran Adalah Kepedulian dan Kedamaian

Haji mabrur, adalah dambaaan setiap jamaah haji. Setiap orang yang menjalani ibadah haji, tidak ada lain tujuannya, selain mendapatkan kemabruran dari Allah SWT.  Dan oleh Rasulullah, indikasi kemabruran itu hakikatnya dua saja, yaitu: ith’amut-tha’am dan  ifsya’us-salam.

Pesan ini, ditegaskan Menteri Agama RI, Lukman Hakim Syaifuddin, saat memberikan sambutan pada proses Wukuf di Arafah, di hadapan para jamaah haji Indonesia, Jumat (03/10-2014).

Proses wukuf di Arafah, pada tenda utama jamaah haji Indonesia ini, diikuti oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Saudi Arabia, para Naib Amirul Hajj dan seluruh anggota Amirul Hajj, serta jajaran Kemenag RI yang tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Pusat dan Saudi Arabia.

Ith’amut-tha’am adalah memberikan makan kepada sesama kita, dan itu sesungguhnya simbol dari kepedulian,” tegas Menag.

Menurut Menag, makan adalah kebutuhan fisik, mendasar dari setiap manusia. “Mereka yang mencukupi kebutuhan fisik sesamanya, pada hakikatnya adalah memiliki kepedulian yang tinggi,” tandas Menag.

Tanda kemabruran kedua, adalah  ifsyaus-salam atau menebarkan salam. Dikatakan Menag, bahwa seorang yang memperoleh kemabruran akan menebarkan senyum dan salam kepada sesamanya. “Ini adalah simbol kedamaian,” kata Menag.

“Jadi dua simbol ini, simbol kepedulian dan simbol kedamaian sesunguhnya, sejauh yang saya pahami, merupakan indikasi dari kemabruran kita,” tutur Menag. 

Menag berharap, setelah berhaji, kepekaan sosial para jamaah semakin meningkat, sehingga terus berupaya untuk memunculkan kedamaian di mana pun berada. “Mudah-mudahan haji yang kita laksanakan pada tahun ini benar-benar bisa memperoleh kemabruran,” harap Menag. (Machfudh)

Tidak ada komentar: