Haji mabrur, adalah
dambaaan setiap jamaah haji. Setiap orang yang menjalani ibadah haji, tidak ada
lain tujuannya, selain
mendapatkan kemabruran dari Allah SWT. Dan oleh
Rasulullah, indikasi kemabruran itu hakikatnya dua saja, yaitu: ith’amut-tha’am dan ifsya’us-salam.
Pesan ini, ditegaskan Menteri Agama RI, Lukman Hakim Syaifuddin, saat memberikan sambutan pada proses Wukuf
di Arafah, di hadapan
para jamaah haji Indonesia, Jumat (03/10-2014).
Proses wukuf di Arafah, pada tenda
utama jamaah haji Indonesia ini, diikuti oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Saudi Arabia, para Naib
Amirul Hajj dan seluruh anggota Amirul Hajj, serta jajaran Kemenag RI yang
tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Pusat dan Saudi Arabia.
“Ith’amut-tha’am adalah memberikan makan kepada sesama kita, dan itu
sesungguhnya simbol dari kepedulian,” tegas Menag.
Menurut Menag, makan adalah
kebutuhan fisik, mendasar dari setiap manusia. “Mereka yang mencukupi kebutuhan
fisik sesamanya, pada hakikatnya adalah memiliki kepedulian yang tinggi,”
tandas Menag.
Tanda kemabruran kedua, adalah
ifsyaus-salam atau menebarkan
salam. Dikatakan Menag, bahwa seorang yang memperoleh kemabruran akan
menebarkan senyum dan salam kepada sesamanya. “Ini adalah simbol kedamaian,”
kata Menag.
“Jadi dua simbol ini, simbol
kepedulian dan simbol kedamaian sesunguhnya, sejauh yang saya pahami, merupakan
indikasi dari kemabruran kita,” tutur Menag.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar