Jumat, 10 Oktober 2014

Jujurlah, Sejujur-jujurnya

Jujur, sebuah kata yang mungkin tidak asing lagi terdengar oleh telinga kita, namun kata tersebut lebih berat pelaksanaannya daripada mengucapkannya. Padahal, Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia untuk berlaku jujur sejujur-jujurnya, walaupun akibat dari kejujuran tersebut menimpa kerabat atau saudara kita sendiri.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah Yaassiin (36) Ayat 17, dimana Allah menghendaki kita untuk menyampaikan semua perintah dan larangan dari-Nya dengan jelas sejelas-jelasnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
 
Dan, kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” (Q.S. 36 : 17)

Makna yang tersurat dari ayat diatas ini, merupakan perintah Allah kepada manusia untuk menyampaikan kebenaran dengan benar sebenar-benarnya, baik terhadap diri sendiri (intropeksi) dan keluarga, maupun kepada manusia yang lainnya.

Perintah Allah tersebut, merupakan kewajiban kami (jamak), bukan satu orang atau manusia tertentu saja. Hal ini, dikarenakan Allah SWT memerintahkan kepada semua manusia, agar menyampaikan apa-apa yang menjadi perintah-Nya dan apa-apa saja yang dilarang oleh-Nya.

Maksudnya; tugas manusia itu hanya menyampaikan perintah dengan jelas sejelas-jelasnya, tentunya sesuai dengan keinginan dan kehendak Allah SWT. Selanjutnya, bukanlah tugas manusia lagi setelah menyampaikan perintah Allah tersebut.

Jika manusia yang disampaikan perintah Allah itu, mendapatkan petunjuk-Nya, maka itulah keberuntungan dan taufik bagi manusia, namun jika manusia tidak mau menerimanya, maka manusia yang telah menyampaikan tersebut, tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Mengenai diterima atau tidaknya perintah Allah tersebut, hal itu bukanlah sebuah tanggung jawab dari manusia yang menyampaikannya. Semua kembali kepada kehendak Allah SWT, seperti firmannya dalam Surah An Nuur (24) ayat 46, Allah SWT hanya memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
 
Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan, Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Q.S. 24 : 46)

Makna tersurat diatas, Allah SWT telah menunjukkan maksud-maksud syar’i, adab-adab yang terpuji, dan pengetahuan yang baik. Sehingga jelaslah, jalan yang seharusnya ditempuh manusia, serta semakin jelas pula mana yang hak dan mana yang bathil.

Semua sudah dijelaskan di dalam Al Qur’an, sehingga tidak ada lagi syubhat dan kemusyrikan. Karena pengetahuan tersebut turun dari Tuhan yang ilmu-Nya sempurna, rahmat-Nya sempurna, dan penjelasan-Nya pun sempurna.

Jadi, apabila manusia dalam menjalani hidup dalam kehidupannya berpegang teguh kepada Al Qur’an (Sunnatullah) dan Sunnah Rasul, maka manusia tersebut akan mendapatkan petunjuk bagaimana seharusnya dalam menjalani kehidupan di dunia ini, karena jalan tersebut sesuai dengan keinginan dan kehendak-Nya.

Oleh karena itu, manusia berkewajiban untuk menyampaikan perintah Allah SWT dengan sejelas-jelasnya, tanpa harus ada yang ditutup-tutupi, sehingga memberikan kemaslahatan bagi manusia sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam firman-firman-Nya (Al Qur’an).

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah Al An’am (6) Ayat 152, manusia diperintahkan untuk berlaku adil, walaupun merugikan kerabatnya sendiri. Kata merugikan, disini bila dilihat dari sisi manusia, tentunya tidak akan mengenakan. Tapi, bila dilihat dari sisi Allah SWT, pasti ada sesuatu dibalik itu semua.

Dan, janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.” (Q.S. 6 : 152)

Makna tersurat dari ayat diatas, manusia diperintahkan untuk berkata jujur sejujur-jujurnya, walaupun perkataan jujur yang diucapkannya tersebut, tidak mengenakan bagi manusia lain, termasuk juga saudara atau kerabatnya sendiri.

Meskipun demikian, bagi manusia yang menerima dampak dari kejujuran manusia lain itu, janganlah dilihat dari sisi kita sebagai manusia. Namun, cobalah dilihat dari sisi Allah SWT, dimana dengan menerima akibat dari perkataan jujur. Hal itu, menunjukkan bahwa kita harus sadar dan segera berbenah diri, berarti kita sedang ditegur oleh Allah SWT. (Machfudh)

Tidak ada komentar: