Munculnya
gerakan Islamic State of Irak and Syria
(ISIS), mendeklarasikan negara Islam, telah
menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat Islam. Hal ini, tak lepas dari cara
kekerasan yang mereka pilih, dalam memperjuangkan berdirinya khilafah.
Sebagaimana
diberitakan berbagai media, ISIS tak segan-segan membunuh siapapun yang menolak
dan menentang gerakannya. Akibatnya, berdampak pada timbulnya stigma negatif bagi Islam.
Ketua Umum
Majelis Ulama Indonenesia (MUI), menegaskan dalam paparannya sebagai keynote speak, pada seminar Nasional terkait ISIS, diselenggarakan Kementerian Agama RI, bulan Agustus yang lalu, bahwa radikalisme yang mentasnamakan Islam sangat
berdampak negatif, bagi citra Islam.
Radikalisme, telah mencederai prinsip-prinsip Islam rahmatan lil’alamin, menumbuhkan
ketakutan terhadap Islam. “Islam menolak segala bentuk penindasan dan
kesewenang-wenangan. Karena Islam menjunjung tinggi nilai-nilai rahmatan
lil’alamin. Nah, segala produk radikalisme, secara prinsip
bertentangan dengan Islam rahmatan lil’alamin,” tuturnya.
Din
menambahkan, fenomena ISIS yang tengah merebak, sebenarnya bukanlah hal baru.
ISIS adalah bentuk baru radikalisme yang sebelumnya sudah eksis. Menurutnya,
kemunculan ISIS, selain disebabkan oleh faktor
internal perbedaan pemahaman keagamaan, juga sebagai dampak politik global, terutama
masih terjadinya berbagai penindasan terhadap dunia Islam.
Terkait upaya
pencegahan, Din menyatakan komitmentnya bersama ormas-ormas Islam, untuk bersama-sama pemerintah melakukan pencegahan, atas berbagai potensi munculnya radikalisme, termasuk
ISIS, dan melakukan pembinaan kepada eks kelompok radikal.
Namun, Din berharap pemerintah memberikan data valid, terkait nama-nama kelompok-kelompok yang disinyalir
eks mujahid Afghanistan, dan lainnya, sehingga dapat diberikan pembinaan. “Ormas Islam, siap bekerjasama dengan pemerintah meredam radikalisme. Tentunya, kami juga harus diberikan akses dan data terkait kelompok-kelommpok
radikal tersebut,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar