Apabila mengaku beragama Islam, apakah cukup tercatat di kartu tanda
penduduk saja? Tentu tidak, kalau sudah berani menyatakan diri memeluk agama
Islam, maka alangkah baiknya jika mengenal dengan baik agama Islam itu sendiri.
Banyak orang yang mengaku beragama Islam, namun sayangnya tidak memahami
agamanya. Ironisnya, sebagian mereka hanya pasrah dengan keislamannya, tidak
berusaha untuk mencaritahu, apalagi mempelajarinya.
Dengan kefakiran dan keterbatasan ilmu yang dimiliki, sedikit ingin
berbagi dan mudah-mudahan menjadi manfaat.
Apa itu Islam? Islam ialah berserah diri kepada Allah SWT dengan tauhid,
tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan akan segala perintah-Nya, dan
menyelamatkan diri dari perbuatan syirik, serta menjauhi diri dari orang-orang
yang berbuat syirik.
Dalam
agama Islam dalam pengertian diatas, mempunyai tiga tingkatan. Yaitu; Islam,
Iman dan Ihsan. Dimana ketiga tingkatan tersebut mempunyai rukun-rukunnya.
Adapun rukun-rukun tersebut, sebagai berikut;
I.
Tingkat Islam
Tingkatan Islam ini dapat dilihat dari rukunnya, ada
lima rukun. Yaitu syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, shiyam di
Bulan Ramadhan dan Haji. Berikut sedikit penjelasannya;
1.
Syahadat
Syahadat (pengakuan
dengan hati dan lisan), bahwa “Laa
Ilaaha Ilallaah” (Tiada sesembahan yang haq selain Allah SWT) dan Nabi Muhammad
SAW adalah Rasulullah. Allah SWT berfirman dalam Surah Al Imraan Ayat 18;
Artiinya : “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
“Laa Ilaaha
Ilallaah” artinya : Tiada sesembahan yang haq selain Allah SWT. Syahadat
ini mengandung unsur menolak dan menetapkan. “Laa Ilaaha”, adalah menolak segala sembahan selain Allah.
Sedangkan “Illallaah”
adalah menetapkan bahwa penyembahannya itu hanya untuk Allah semata. Tiada
sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kepada-Nya,
sebagaimana tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu didalam
kekuasaan-Nya.
Tafsiran syahadat tersebut, Allah SWT memperjelas di
dalam Surah Az Zukhruf Ayat 26 – 28;
Artinya : “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata
kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Sesungguhnya
aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku
menyembah) Tuhan yang menjadikanku; karena Sesungguhnya Dia akan memberi
hidayah kepadaku’. Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang
kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.”
Dalam Surah Ali Imran Ayat 64, Allah SWT berfirman;
Artinya : “Katakanlah: ‘Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah
kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah’.
jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)’.”
Adapun dalil mengenai syahadat bahwa Muhammad adalah
Rasulullah SAW, Allah SWT berfirman dalam Surah At Taubah Ayat 128;
Artinya : “Sungguh, telah datang kepadamu seorang
Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi
Penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Mengucapkan syahadat bahwa Muhammad adalah
Rasulullah, berarti menataati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang
diberitakannya, menjauhi apa yang dilarang serta dicegahnhya, dan menyembah
Allah hanya dengan cara yang disyariatkannya.
2.
Mendirikan Shalat
dan Mengeluarkan Zakat, serta tafsiran Tauhid
Dalilnya terdapat di dalam Surah Al Bayyinah Ayat 5,
Allah SWT berfirman;
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”
3.
Shiyam pada Bulan
Ramadhan,
Dalil mengenai perintah shiyam pada Bulan Ramadhan,
Allah SWT berfirman dalam Surah Al Baqarah Ayat 183;
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa.”
4.
Dan, Haji ke
Baitullah jika mampu.
Perintah untuk menunaikan ibadah Haji ke Baitullah, dalilnya
terdapat dalam Surah Ali Imron Ayat 97, Allah SWT berfirman;
Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata,
(di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu
(bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
II.
Tingkat Iman
Tingkat kedua, yaitu Iman. Hal ini lebih dari tujuh
puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah syahadat, “Laa Ilaaha Ilallaah”, sedangkan cabang yang paling rendah ialah
menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu merupakan salah satu dari
cabang Iman.
Dalam tingkat Iman, terdapat 6 rukun, yaitu sebagai
berikut; Iman kepada Allah SWT, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Para
Rasul-Nya, Hari Akhirat dan Qadar. (Qadar adalah takdir, ketentuan
Ilahi. Yaitu : Iman bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam semesta ini
adalah diketahui, dikehendaki dan dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala).
Dalil mengenai rukun ini, Allah SWT berfirman dalam
Surah Al Baqarah Ayat 177;
Artinya : “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang
yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang
yang bertakwa.”
Dalam Surat Al Qomar Ayat 49, Allah SWT berfirman;
Artinya : “Sesungguhnya Kami menciptakan segala
sesuatu menurut qadar.”
III.
Tingkat Ihsan
Tingkat ketiga adalah Ihsan, menurut rukunnya hanya
ada satu rukun, yaitu
Artinya : “Beribadah kepada Allah dalam keadaan
seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungghnya Dia
melihatmu.”
Pengetian Ihsan tersebut merupakan penggalan dari
hadits Jibril, yang dituturkan oleh Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu. (Hadits ini akan disebutkan diakhir)
Dalil mengenai Ihsan terdapat dalam Surah An Nahl
Ayat 128, Allah SWT berfirman;
Artinya : “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Terdapat
pula dalam Surah Asy Syu’araa Ayat 217 – 220, Allah SWT berfirman;
Artinya
: “Dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, yang
melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula)
perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia
adalah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Dalil
lainnya, Allah SWT berfirman dalam Surah Yunus Ayat 61;
Artinya
: “Kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al
Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi
atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun
sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil dan
tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
Sedangkan
dalam Hadits Riwayat Muslim dalam
Shahihnya, Kitab Al Iman, Bab 1, Hadits ke 1. Dan diriwayatkan juga hadits
dengan lafadz, seperti ini dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab
Al Iman, Bab 37, Hadits ke 1.
Artinya : “Ketika kami sedang duduk di
sisi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang
laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tidak tampak pada
tubuhnya tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorangpun di antara
kami yang mengenalnya.
Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, dengan menyandarkan kelututnya pada kedua lutut
beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, dan
berkata : ‘Ya Muhammad, beritahulah aku
tentang Islam?’
Maka beliau menjawab : ‘Yaitu : bersyahadat bahwa tiada sesembahan
yang haq selain Allah serta Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, melakukan shiyam pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji
ke Baitullah jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan ke san’. Lelaki
itu pun berkata : ‘Benarlah engkau’.
Kata Umar : ’Kami merasa heran kepadanya, ia bertanya kepada beliau, tetapi juga
membenarkan beliau’. Lalu ia berkata : ‘Beritahulah
aku tenatng Iman?’. Beliau menjawab : ‘Yaitu,
beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan
hari Akhirat, serta beriman kepada Qadar yang baik dan yang buruk’.
Ia pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kemudian ia berkata : ‘Beritahullah aku tentang Ihsan?’. Beliau menjawab : ‘Yaitu, beribadah kepada Allah dalam keadaan
seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya
Dia melihatmu’.
Ia berkata lagi. ‘Beritahulah aku tentang hari Kiamat?’. Beliau menjawab : ‘Orang yang ditanya tentang hal tersebut
tidak lebih tahu dari pada orang yang bertanya’. Akhirnya ia berkata : ‘Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda
Kiamat itu?’.
Beliau menjawab : ‘Yaitu, apabila ada hamba sahaya wanita
melahirkan tuannya dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak
berpakaian sempurna melarat lagi, pengembala domba saling membangga-banggakan
diri dalam membangun bangunan yang tinggi’.
Kata Umar : Lalu pergilah orang
laki-laki itu, semantara kami berdiam diri saja dalam waktu yang lama, sehingga
Nabi bertanya : Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu? Aku
menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau pun bersabda : ‘Dia adalah Jibril, telah datang kepada
kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian’.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar