Pandangan
Al Qur’an mengenai hidup berdampingan secara damai di antara pemeluk agama,
merupakan pemikiran orisinil Islam.
Banyak ayat Al Qur’an, dalam ragam bentuk dengan lugas menganjurkan kepada umat
Islam memperhatikan masalah penting ini.
Pada
bagian lima, telah diterangkan mengenai seluruh
kitab samawi senada dalam masalah-masalah prinsip (ushul) antara satu dengan yang lainnya, serta menuju pada tujuan
yang satu (menggembleng dan menyempurnakan manusia).
Pada bagian enam,
merupakan kelanjutannya yaitu sebagai berikut;
8.
Mendorong perdamaian internasional
Islam semenjak permulaan telah mencanangkan prinsip-prinsip perdamaian. Melalui jalan tersebut, Islam telah memuluskan
perdamaian internasional dan koeksistensi secara damai di antara pemeluk
agama-agama dunia.
Dalam masalah ini cukup bagi kita mengetahui bahwa perdamaian (shulh) adalah ruh agama Islam. Sebagaimana
yang telah disebutkan redaksi Islam
derivasinya dari kata sa-la-m. Atas dasar itu, mengandung makna keselamatan dan ketenangan, karena itu Al Qur’an memerintahkan seluruh umat manusia untuk memasuki wilayah ‘salam dan perdamaian’.
Dalam surah Al Baqarah
ayat 208, Allah SWT berfirman;
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. 2 : 208)
Sa-la-m lebih tinggi kedudukannya dan lebih lestari ketimbang
perdamaian (shu-lh). Karena sa-la-m bermakna keselamatan dan
keamanan, serta tidak memiliki satu bentuk perdamaian yang
bersifat temporal secara lahir.
Allah SWT
memerintahkan Rasulullah SAW, bahwa apabila para musuhmu memasuki wilayah
perdamaian dan condong kepadanya, maka engkau juga (Muhammad) memanfaatkan
kesempatan itu dengan baik, dan bersepakatlah dengan mereka.
Dalam surah Al Anfal
ayat 61, Allah SWT berfirman;
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya
dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.” (Q.S. 8 : 61)
Kecintaan Islam
terhadap perdamaian yang terjalin di antara manusia, demikian mendalam. Sehingga
memberikan berita gembira kepada orang-orang beriman, bahwa boleh jadi
berdasarkan perilaku damai kaum Muslimin, antara mereka dan para musuh akan
menjalin hubungan persahabatan.
Dalam surah Al
Mumtahanah ayat 7, Allah SWT berfirman;
“Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan
orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka (musyrikin-melalui jalan Islam).
dan Allah adalah Maha Kuasa. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q.S. 60 : 7)
Kelompok non-Muslim
terbagi menjadi dua; kelompok yang berdiri berhadap-hadapan dengan kaum
Muslimin, mereka menghunuskan pedang dihadapan kaum Muslimin, serta
mengeluarkan kamu Muslimin dari rumah dan tempat kelahiran mereka secara paksa.
Singkatnya, permusuhan
dan kebencian mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin dinampakkan secara
terang-terangan dalam ucapan dan perbuatan.
Taklif dan tugas kaum
Muslimin dalam menghadapi kelompok tersebut, yaitu dengan cara menghindar dalam
rangka menjalin apa pun bentuk hubungan. Contoh nyata, kaum Musyrikin Makkah,
utamanya para pemimpin Quraisy, kelompok yang secara resmi menampakkan
kebencian dan permusuhan dengan Islam dan kaum Muslimin.
Sedangkan kelompok
kedua, meski mereka kafir dan musyrik, namun mereka tidak ada urusannya dengan
kaum Muslimin. Kelompok ini tidak menampakkan kebencian, dan juga tidak
memerangi kaum Muslimin.
Bahkan mereka tidak
juga melakukan tindakan pengusiran kaum Muslimin dari rumah dan kampung halaman
mereka. Selain itu, sekelompok dari mereka mengikat perjanjian damai dengan
kaum Muslimin.
Oleh karena itu, kaum
Muslimin harus bersikap loyal dengan mereka dan berusaha berlaku adil terhadap
mereka. Contoh nyatanya, kaum Khuzai yang menanda-tangani perjanjian damai
dengan kaum Muslimin. (Tafsir Nemune, jil. 22, hal. 31-32)
Singkatnya, sokongan
terhadap perdamaian dan koeksistensi damai dalam politik luar negeri, merupakan
program yang paling rasional dan paling dinamis. Islam juga telah mencanangkan
program seperti ini, dan tetap mempersiapkan kekuatan dalam melakukan tindakan
pembelaan (defence) pada
kondisi-kondisi darurat.
Demikian pentingnya
perdamaian dan koeksistensi secara damai dalam Islam, sehingga pada
perhimpunan-perhimpunan kecil, dalam mengatasi perbedaan-perbedaan keluarga
juga Al Qur’an memerintahkan dengan cara berdamai dan bertoleran. ‘wa al-shulh khair’.
9. Memerangi
segala ilusi superior atas agama lain
Sebagian ayat dalam Al
Qur’an, bercerita tentang peperangan terhadap…. (Bersambung)(Machfudh/quran.al-shia.org dan berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar