Pandangan
Al Qur’an mengenai hidup berdampingan secara damai di antara pemeluk agama,
merupakan pemikiran orisinil Islam.
Banyak ayat Al Qur’an, dalam ragam bentuk dengan lugas menganjurkan kepada umat
Islam memperhatikan masalah penting ini.
Pada pertama telah
sedikit diuraikan mengenai memberikan ruang kebebasan untuk berkeyakinan dan
berpikir berdasarkan pandangan Al Qur’an, dimana sebahagian ayatnya menjelaskan prinsip
kebebasan beraqidah. Berikut ini merupakan lanjutannya, yaitu;
2. Memberikan
perhatian terhadap prinsip-prinsip bersama
Islam adalah sebuah
ajaran yang semenjak kemunculannnya telah mempresentasikan slogan koeksistensi kepada seluruh penduduk
dunia. Ajaran ini menyeru kepada Ahlulkitab, seperti yang dijelaskan dalam Al
Qur’an surah Ali Imran ayat 64;
“Katakanlah: ‘Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan
tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain
Allah’. jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah,
bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’.” (Q.S. 3
: 64)
Ayat ini merupakan
salah satu ayat penting yang menyeru Ahlulkitab kepada persatuan. Argumentasi
ayat mulia ini, berbeda dengan model argumentasi ayat-ayat sebelumnya.
Ayat-ayat sebelumnya, secara langsung menyeru kepada Islam, akan tetapi ayat
ini menaruh perhatian pada poin-poin yang umum antara Islam dan Ahlul kitab.
Al-Qur’an mengajarkan kepada umat Islam (kaum
muslimin), bahwa apabila orang-orang tidak bersedia untuk bekerja sama denganmu
untuk mencapai tujuan-tujuan sucimu, janganlah berlipat tangan. Dan, berusahalah minimal pada
tujuan-tujuan umum, kalian dapat bekerja sama dengan mereka dan
menjadikannya sebagai asas untuk merealisasikan tujuan-tujuan mulia kalian. (Tafsir
Nemune, Nashir Makarim Syirazi, et al, Jilid 2, hal. 450).
3. Menafikan
rasialisme
Al-Qur’an, mencela segala jenis pemikiran rasialisme dan memandang bahwa
seluruh manusia adalah anak dari satu ibu dan ayah dan tentu saja hampa
keunggulan ras, kaum dan agama. Al-Qur’an dalam pesan
universalnya menolak rasialisme.
Allah SWT berfirman
dalam surah Al Hujurat ayat 13;
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. 49 : 13)
Prinsip penting
koeksistensi secara damai, salah satunya adalah persamaan dan kesetaraan umat
manusia. Sebab, rasialisme merupakan ajaran yang memandang dirinya lebih
superior dan mendorong penganutnya untuk menghina bangsa-bangsa lain.
Akibatnya, munculah
berbagai macam problem dalam kehidupan umat manusia, misalnya, perang dunia
pertama dan kedua, merupakan contoh nyata dari problematika tersebut.
Perbedaan warna kulit,
ras, bangsa tidak akan menyebabkan keutamaan seseorang atas orang lainnya. Al
Qur’an memandang, perbedaan bahasa dan warna kulit, merupakan salah satu
ayat-ayat dalam tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Perbedaan ini,
merupakan wadah atau sebagai media untuk saling mengenal satu dengan yang
lainnya. Apabila seluruh manusia satu bentuk, satu warna dan memiliki satu
corak, tinggi dan berat yang sama, maka kehidupan manusia ini akan berujung
pada chaos atau anarki.
Dalam Al Qur’an, Allah
SWT menjelaskan bahwa manusia tidak memiliki keutamaan dan kemuliaan atas
manusia lainnya, kecuali ketaqwaan dan penghambaan kepada Allah SWT. Seluruh
manusia adalah entitas yang membentuk ‘keluarga
manusia’ dan ‘umat yang satu’.
Allah SWT berfirman
dalam surah Al Baqarah ayat 213;
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka
Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia
tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab
itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.” (Q.S. 2 : 213)
Kebanyakkan ayat-ayat
Al Qur’an menyeru kepada manusia dengan seruan seluruh manusia, seperti “Ya Bani Adam” (redaksi “Ya Bani Adam”, disebutkan pada beberapa ayat Al Qur’an, surah Al
A’raaf ayat 26, 27, 35 dan 171, surah Al Isra ayat 70). Atau seruannya berupa “Ya Ayyuha Al
Insan” (redaksi tersebut terdapat
pada ayat Al Qur’an, surah Al-Infithaar ayat 6, surah. Al-Insyiqaaq ayat 60, dan kurang lebih 60 ayat
lainnya).
Seruan-seruan dan
ekspresi-ekspresi ini, menadaskan bahwa kemanusiaan merupakan satu makna umum
di antara para penghuni jagad raya. Orang-orang dari berbagai daerah tidak
memiliki perbedaan dengan yang lainnya dari sisi kemanusiaan.
Manusia sepanjang
perjalanan sejarah dari sisi bahasa, warna kulit, ras, bangsa dan sebagainya,
itu adalah berbeda satu dengan yang lainnya. Namun dalam perspektif Islam,
seluruh umat manusia merupakan putra-putri satu ayah dan ibu (Adam dan Hawa),
dan segala perbedaan yang ada tidak akan menciderai kemanusiaan manusia ini. (Al Nizham Al Dauli
Al Jadid baina Al Waqi’ Al Hali wa Al Tashawwur Al Islami, Yasir Abu Syabana,
hal. 542-543)
4. Dialog
secara damai
Al Qur’an memerintahkan
kepada umat Islam (muslimin) untuk mengedepankan ‘Jidal Ahsan’ dan ‘Berdialog secara damai’ dengan…. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar