“Setiap orang mendambakan kebahagiaan dan kesuksesan,” kata DR Ahmad Kusyairi, MA. pada
pengajian, 27 April yang lalu di Masjid Kota Wisata Cibubur, Bogor. Bahkan
cakupannya, menurutnya, bukan hanya individu, namun juga keluarga, masyarakat
dan negara.
Dalam konsep agama Islam,
rumusan kebahagiaan dan kesuksesan, tidak hanya berdimensi dunia tapi juga
mencakup akhirat. “Jalan untuk menggapai kebahagiaan tersebut, telah dijelaskan
Allah SWT dalam Al Qur’an, salah satunya dalam Surah Al Kautsar,” ungkapnya.
Dalam konsep agama Islam, rumusan kebahagiaan dan kesuksesan tidak hanya
berdimensi dunia namun juga akhirat. Dan jalan untuk menggapai
kebahagiaan tersebut telah dijelaskan Alloh SWT dalam al-Quran, salah
satunya dalam surat al-Kautsar.
“Al Kautsar berarti Kebaikan yang Melimpah. Cukup bisa
memberikan inspirasi kebaikan. Jika kita mampu mentadabburinya, maka
kebahagiaan dan kemakmuran bukanlah sebuah mimpi, ia bisa diraih dengan
menapaki petunjuk jalan Ilahi,”
tandas DR Ahmad Kusyairi.
Apa sesungguhnya rahasia yang
disampaikan Allah SWT dalam surah Al Kautsar, sebagai sebuah petunjuk untuk
meraih kebaikan hidup yang melimpah? “Untuk memahaminya, mari kita pelajari
kondisi dan latar belakang diturunkannya surah ini,” ujarnya.
Surah Al Kautsar termasuk dalam
surah Makkiyah, secara umum menggambarkan suasana dakwah Islam yang dipimpin
oleh Rasulullah SAW. Ketika itu, beliau mendapat pertentangan dan fitnah dari
pihak musuh berupa opini publik yang menyesatkan terhadap diri Rasulullah SAW.
“Isu yang disebarkan, bahwa
Rasulullah adalah seorang Al Abtar,
yang berarti terputus generasi. Hal ini dilatar-belakangi karena Rasulullah
tidak memiliki anak laki-laki, sehingga dakwahnya tidak akan berkembang,” jelas
DR Ahmad Kusyairi.
Sebagai manusia biasa,
tambahnya, Rasulullah pun terpengaruh secara psikologis. “Rasulullah merasa
sedih, apalagi saat itu dihadapkan pada fenomena masyarakat yang membanggakan
jika memiliki anak laki-laki,” tambahnya.
Ditengah kesedihan Rasulullah
SAW, maka Allah SWT menurunkan Surah Al Kautsar. “Sebuah surat laksana oase di
padang pasir atau embun pagi yang menyejukkan. Sebagai penghibur yang diberikan
Allah kepada Nabi Muhammad SAW,” ujar DR Ahmad Kusyairi.
Dalam Hadits Riwayat Annas Ibnu
Malik, menceritakan bahwa; “Ketika kami bersama Rasulullah, tiba-tiba beliau
tertidur ringan. Tak lama kemudian, Rasulullah terbangun dan tersenyum. Lalu
sahabat bertanya; ‘Apa yang membuat engkau tersenyum, wahai Rasulullah?’ dan
Rasulullah menjawab; ‘Sungguh barusan telah turun Surah Al Qur’an dari Allah
SWT melalui malaikat Jibril, yakni Surah Al Kautsar’.”
“Surah ini terdiri dari tiga
ayat, yaitu pertama Sesungguhnya Kami
telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Kedua, Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Dan
Ketiga, Sesungguhnya orang-orang yang
membenci kamu dialah yang terputus,” terang DR Ahmad Kusyairi.
Menurutnya, ayat pertama Surah
Al Kautsar itu menggambarkan simbol kedekatan Allah SWT, berupa dialog langsung
untuk menghibur Nabi Muhammad SAW ditengah isu negatif. “Para ulama menafsirkan
Al Kautsar adalah sebuah kebaikan yang melimpah. Diantara kebaikan tersebut
adalah kenabian,” jelasnya.
Selain itu, tambah DR Ahmad
Kusyairi, kebaikan lain seperti Al Qur’an, banyaknya jumlah umat, serta ketinggian
keluhuran penyebutan nama Nabi Muhammad SAW. “Saat Rasulullah ditanya apa itu
Al Kautsar? Rasulullah menjawab; ‘Sebuah telaga yang dijanjikan Allah SWT di
akhirat buat umatnya,” paparnya.
Beragam pendapat yang
mengartikan kata Al Kautsar, tidaklah kontradiktif. “Sebuah kata yang merupakan
turunan (derivasi) dari kata Al Kasroh, yang maknanya baik. Kebaikan
yang melimpah meliputi dimensi dunia dan akhirat,” tandasnya.
Lalu, apa kunci agar kita
mendapatkan Al Kautsar? Berdasarkan surah diatas, ada dua konsep utama untuk
meraih kebaikan yang melimpah, tertera dalam ayat kedua. “Yaitu mendirikan
shalat dan memiliki semangat berkorban. Shalat itu simbol kuat hubungan hamba
dengan sang Kholiq, sedangkan berkorban adalah spirit untuk membela agama
Islam. Baik berupa harta, tenaga, maupun jiwa,” papar DR Ahmad Kusyairi.
Jadi, jangan pernah bermimpi
untuk mendapatkan kebaikan hidup yang melimpah, kalau tidak menghadirkan shalat
dan berkurban terbaik. “Lalu, ayat ketiga menjelaskan siapa sejatinya yang
disebut Al Abtar. Musuh Islam
menyudutkan Nabi Muhammad SAW, namun Allah SWT membantah. ‘Sesungguhnya orang yang memusuhimu adalah Al Abtar yang hakiki’,” jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar