“Adakah
metode dakwah yang efektif, seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, sehingga
menghasilkan generasi umat Islam terbaik?” ujar KH. Kholil Ridwan seraya
bertanya kepada jama’ah dalam pengajian di Masjid Darussalam, Kota Wisata,
Cibubur, beberapa waktu yang lalu.
Mengawali
tausiyahnya, KH. Kholil Ridwan, mengatakan bahwa jika bicara Islam, maka agama
ini merupakan agama terbesar jika dilihat dari sisi jumlah maupun
pertumbuhannya. “Sekitar 2 milyar orang menyatakan dirinya sebagai penganut
ajaran agama Islam. Bahkan umat Islam tersebut tersebar diberbagai penjuru
dunia, menembus batas suku, ras dan kebudayaan,” ujarnya.
Namun
demikian, pencapaian tersebut tidak diharapkan berhenti sampai detik ini,
melainkan harus terus berlanjut sampai ke anak cucu bahkan sampai hari kiamat. “Dan
yang lebih utama, pertumbuhannya tidak hanya sebatas kuantitas saja, melainkan
yang terpenting adalah kualitas,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 7 Mei 1947
itu.
Menurut lulusan Universitas Islam Madinah Tahun 1975,
bahwa untuk menjawab pertanyaan diawal, maka perlu mempelajari sejarah dakwah
yang dilakukan nabi Muhammad SAW, saat awal pertumbuhan islam 14 abad silam.
“Dan
dalam mewujudkan cita-cita luhur tersebut, setiap pemeluk islam memiliki
peran dan kontribusi masing-masing sesuai kapasitas diri dan lingkungannya,”
tandasnya.
Secara
garis besar, menurut Ketua Umum Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam
Indonesia (KB PII tahun 2011 sampai 2014 ini, mengungkapkan bahwa dakwah
Rasulullah terbagi dalam 2 priode. Yaitu periode Mekkah selama 13 tahun dan
periode Madinah selama 10 tahun.
“Periode
ini dipisahkan oleh peristiwa besar, yaitu hijrah dari Mekkah ke Madinah, saat
Nabi berusia 53 tahun. Bahkan, peristiwa hijrah ini dijadikan pula sebagai
pijakan awal perhitungan kalender Islam sebagai pembeda (furqan) dari kebiasdaan orang kafir (tasabbuh),” terangnya.
Menurutnya,
dakwah Nabi SAW selama 13 tahun di Makkah, hasilnya umat Islam masih minoritas.
“Umat Islam saat itu ditindas penguasa atau pemerintah Quraish dan tidak
memiliki apa-apa. Bahkan Nabi melakukan stategi dakwah secara diam-diam. Pada
masa itu, umat Islam mengalami pemboikotan selama tiga tahun,” papar anggota
Dewan Pembina Dakwah Islamiyah Indonesia ini.
Bahkan
yang ketahuan masuk Islam ditangkap dan siksa, tambah KH. Kholil Ridwan,
seperti halnya Bilal bin Rabbah, Amar bin Yasir dan lain-lain. “Nabi pun
diperintahkan untuk ditangkap. Paman Nabi dibujuk aparat dengan menawarkan
kekayaan, wanita cantik dan kedudukan, agar Nabi berhenti berdakwah,” paparnya.
Menjadi
pertanyaan, kenapa dakwah selama 13 tahun di Makkah hasilnya minim? Menurut KH.
Kholil Ridwan, bahwa salah satu analisa yang bisa ditemukan, karena pada
periode ini kekuasaan bukan di tangan Rasulullah.
“Melainkan
di tangan penguasa Quraisy, coba bandingkan dengan proses dakwah yang dilakukan
Nabi di Madinah,” ungkap Ketua Dewan Dakwan Islamiyah Indonesia periode 2005 –
2010 tersebut.
Menurutnya,
setelah hijrah ke Madinah, Nabi berhasil merebut kekuasaan. “Tidak dengan
kekerasan, namun yang direbut adalah hati orang Yatsrib. Mereka dengan kerelaan
hati memeluk Islam dan menyerahkan tampuk pemerintahan kepada Nabi, lalu
Nabi-pun diangkat menjadi kepala negara,” terang KH. Kholil Ridwan.
Maka
terbentuklah sistem pemerintahan Islam bernama Negara Madinah, pemerintahan
yang berdasarkan sistem wahyu (Al Qur’an dan Hadits).
“Dipimpin
Nabi sebagai kepala negara, beserta sahabat sebagai kabinetnya. Wilayah dan
rakyatnya berada di Madinah dan diakui oleh negara tetangga. Nabi membentuk bangsa
baru, bukan Arab, Romawi, atau Persia, melainkan kaum muslimin,” jelasnya.
Nabi
berhasil membentuk imamah melalui masjid, tambah KH. Kholil Ridwan, dan
menyebarkan dakwah Islam dengan hikamh, tanpa paksaan dan kekerasan, santun,
ilmiah dan argumentatif. “Setelah setahun berdiri, penguasa Makkah panik.
Mereka khawatir Madinah akan menghancurkan pemerintahan Quraish,” paparnya.
Maka
kaum Quraish mempersiapkan 1.000 tentara untuk menyerbu Madinah di tahun kedua,
Nabi pun membentuk sistem pertahanan dengan mengumpulkan relawan untuk
berperang.
“Terbentuklah
300 orang relawan, dan pecahlah perang pertama yaitu Perang Badar. Perang ini
tercatat sebagai perang raya (besar), dikatakan besar karena perang ini
menentukan ambisi Quraish untuk menghabisi pemerintahan Madinah,” kata KH.
Kholil Ridwan.
Nabi
menyadari, tambahnya, bahwa perang Badar merupakan penentu dalam perkembangan
dakwah Islam selanjutnya. “Nabi pun berdo’a dengan mengadahkan kedua tangannya,
sampai lengan bajunya turun dan ketiaknya kelihatan, guna memohon pertolongan
Allah SWT,” jelasnya.
Allah
SWT mengabulkan permohonan Nabi SAW, yaitu dengan menurunkan tentara yang tidak
terlihat dengan mata telanjang (kasat Mata). “Mereka (para malaikat), dan kaum
muslim pun mendapatkan kemenangan dalam perang tersebut,” kata KH. Kholil
Ridwan.
Menurutnya,
tahun ke delapan Nabi SAW kembali ke Makkah untuk membebaskan kota tersebut dari
kemusyrikan. “Dan hasilnya penguasa Makkah menyerah dan takluk, Nabi
menghancurkan seluruh berhala demi membersihkan dari kemusyrikan,” tandasnya.
Selama
10 tahun Nabi berdakwah di Medinah, hasilnya cukup efektif. “Tidak ada
ayat yang belum disampaikan dan diamalkan. Islam tidak hanya tumbuh di Madinah,
namun meluas ke Makkah bahkan keluar Jazirah Arab,” jelas Ketua Majelis Ulama
Indonesia tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar